Bisnis Perhotelan di Indonesia Memasuki Era Baru
Bisnis perhotelan di Indonesia memasuki era baru. Kondisi itu tak lepas dari perubahan di berbagai bidang, meliputi perkembangan teknologi komunikasi
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Bisnis perhotelan di Indonesia memasuki era baru. Kondisi itu tak lepas dari perubahan di berbagai bidang, meliputi perkembangan teknologi komunikasi, munculnya generasi millenials yang berperan besar sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pola pikir, pola kerja baru, dan model bisnis.
Menurut, Chief Executive Officer (CEO) Azana Hotels and Resorts Management, Dicky Sumarsono kondisi ini tidak jarang membuat pelaku perhotelan terkejut dengan perubahan yang cepat jika tidak siap. Apalagi, konsumen saat ini semakin sulit untuk dipuaskan.
"Oleh karena itu, butuh kecepatan dalam merespon perubahan dan kebutuhan konsumen. Apalagi tidak, hal ini membuat loyalitas konsumen pun sulit dipertahankan karena mudah berpindah hanya karena hal kecil," kata Dicky saat acara bincang-bincang media bertajuk 'Optimalisasi Strategi Zooming & Adventuring di Bisnis Perhotelan Era Leisure Ekonomi 2018', di Resto Remboelan, Senayan City, Jakarta Pusat, Kamis (18/1/2018).
Dicky menjelaskan, kondisi ini pun dinilai sejumlah pihak merupakan kondisi abnormal. Padahal menurut dia, kondisi tersebut merupakan kondisi normal yang baru, yang justru membuka peluang baru lebih banyak.
Azana Hotels and Resort Management yang dirintis sejak 12 tahun lalu, saat ini telah mengelola 30 hotel dan akan bertambah tujuh properti lagi di bulan Maret, hingga menjadi 50 hotel pada akhir 2018.
"Azana mengikuti perubahan yang ada dan melakukan sejumlah strategi baru, mulai dari zooming atau pengenalan potensi yang lebih lagi dan optimalisasi bisnis, adventuring, melihat bisnis tidak hanya dari hotel tapi dari industri lain yang sukses, hingga pemberian berbagai macam gimik menarik secara rutin," katanya.
Dicky menjelaskan zooming diperlukan untuk memaksimalkan setiap potensi yang ada. Termasuk bisnis perhotelan pun harus melakukan adventuring yaitu melihat pola bisnis lain, seperti maskapai penerbangan, fesyen, otomotif, dan lainnya untuk mengembangkan diri.
Model bisnis baru pun diciptakan untuk menarik market baru tumbuh. Untuk mengantisipasinya Azana telah meluncurkan aplikasi Azana Traveller Apps yg bisa diunduh di Playstore sejak bulan Desember 2017 lalu.
"Azana sudah meluncurkan Azana Traveller Apps, dirancang bukan hanya untuk booking online, tapi konsumen juga bisa melihat potensi daerah disekitar hotel, seperti destinasi wisata, belanja, hingga kuliner. Berbagai penawaran menarik juga diberikan, mulai dari harga spesial hingga pengumpulan poin yang bisa ditukar untuk up grade kamar hingga menginap gratis. Oleh karena itu, kami optimistis enam bulan ke depan jumlah booking melaui apps mencapai 12.000 per bulan di seluruh Indonesia," ucapnya.
Melengkapi promosi online, secara offline sudah dilakukan peluncuran Azana Traveller Magazine dengan isi 108 halaman dan dicetak sebanyak 5000 eksemplar yang berisi informasi traveling & lifestyle anak muda, yang terbit bulanan.
"Majalah ini sejak bulan Januari telah di distribusikan ke 25 kota besar di Indonesia," katnya.
Dia menambahkan,
Azana juga secara aktif mengikuti pameran pasar wisata di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Malaysia.
"Azana juga sudah melengkapi hotelnya dengan SpotBox yang merupakan model bisnis baru berupa cafe dan sudah memiliki 7 outlet di Indonesia yang bisa digunakan sebagai tempat hang out anak muda dengan model coffee shop & lounge," tambah Dicky.
Meski persaingan bisnis hotel makin ketat, Dicky mengaku Azana tetap percaya diri mampu bersaing di segmen manapun dengan menonjolkan keunggulan yang dimiliki.
Dicky mengatakan rata-rata okupansi hotel yang dikelola Azana Management adalah 75 persen -96 persen dan hanya satu hotel saja yang rata-rata okupansinya 60 persen.
Saat ini Azana sedang melakukan flanking development hotel budget di kota kabupaten, yaitu kota kedua dan ketiga yang sedang tumbuh perekonomiannya.
"Karena itu kami tidak mau lagi mengelola hotel di tengah kota, apalagi dengan jumlah kamar diatas 50 yang dibangun dengan dana bank, Azana lebih menyasar daerah pinggiran yang belum banyak dilirik," katanya.
Tak sekadar menghadirkan hotel untuk menginap tapi kata Dicky, Azana juga menciptakan lifestyle bagi masyarakat dan diharapkan dapat menjadi ikon atau trendsetter di daerah tersebut. (*)