Modus Perbaikan Kinerja JICT
JICT hanya menangani ekspor, otomatis produktivitas pelabuhan (GCR) dapat ditingkatkan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dengan alasan kongesti di lapangan penumpukan dan dermaga paska tahun baru, Direksi Jakarta International Container Terminal (JICT) memindahkan kapal untuk bongkar petikemas impor di terminal lain sepeti MAL dan TPK Koja.
Sementara kegiatan pemuatan petikemas impor tetap dilakukan di JICT.
"Kemungkinan besar langkah ini diambil untuk meminimalisir dampak kinerja rendah vendor baru JICT yakni Multi Tally Indonesia (MTI)," kata Syaiful Hasan, Direktur Indonesia Port Watch di Jakarta, Kamis (18/1/2018).
Karena, kata dia jika JICT hanya menangani ekspor, otomatis produktivitas pelabuhan (GCR) dapat ditingkatkan dan aktivitas di lapangan penumpukan tidak merepotkan vendor baru MTI.
Biaya dobel sandar pun rela ditanggung JICT padahal fungsi pelabuhan petikemas sejatinya menangani ekspor dan impor.
Namun atas nama pembelaan terhadap vendor baru hal ini dijalankan Direksi JICT.
Baca: JICT Lanjutkan Kerjasama dengan MTI sebagai Suplier Operator RTGC
Berdasarkan fakta lapangan, kapal milik perusahaan SITC memutuskan sandar di terminal MAL agar schedul tidak terganggu karena kinerja rendah JICT.
Selain itu kapal milik perusahaan Perancis CMA CGM tidak dapat sandar di JICT karena sudah delay 3 hari.
Kapal pengguna jasa JICT milik perusahaan KMTC dan Heung-A pasrah sandar dimana saja yang penting sandar tepat waktu dan tidak terjadi kelambatan waktu layar.
Padahal ada solusi yang dapat diupayakan yakni manajemen JICT melakukan evaluasi terhadap kinerja MTI.
Bahkan jika diperlukan, Direksi dapat memilih vendor baru yang lebih transparan dan profesional.