Konsumsi Terdongkrak, Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 5,2 Persen di 2018
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis di sepanjang tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami kenaikan tipis ke posisi 5,07 persen.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis di sepanjang tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami kenaikan tipis ke posisi 5,07 persen.
Capaian ini tercatat lebih tinggi dari tahun 2016 yang mana pertumbuhan ekonomi berada di level 5,03 persen.
Namun demikian, Badan Pusat Statistik menyebut, di kuartal III 2017 lalu, konsumsi rumah tangga berada di angka 4,93 persen atau menurun dibanding kuartal II 2017 yang berada di posisi 5,01 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai salah satu faktor penyebabnya adalah sektor konsumsi rumah tangga menurun di tahun lalu, imbas kebijakan subsidi listrik di awal tahun lalu.
“Konsumsi rendah dipicu oleh kebijakan pencabutan subsidi listrik di awal tahun 2017. Akibatnya daya beli masyarakat miskin jatuh,” ungkap Bhima, Senin (5/2/2018) saat dihubungi Tribunnews.com.
Bhima menambahkan, adanya kecenderungan orang kaya menahan belanja, mengakibatkan ritel menengah atas berguguran di sepanjang tahun 2017.
Konsumsi Rumah Tangga Pulih
Sementara itu, CEO Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, memprediksi, di tahun ini ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,2 persen. Hal tersebut ditopang seiring pulihnya konsumsi rumah tangga dan peningkatan belanja pemerintah. Kurs rupiah yang stabil dan perbaikan neraca pembayaran.
“Kami sangat optimistis dengan perkembangan ekonomi Indonesia kami melihat 2018 akan jadi 5,2 persen karena faktor ekspor meningkat. Restrukturisasi kebijakan fiskal dan moneter sudah membaik dan akan menopang. Sektor infrastruktur juga,” kata Rino, saat acara diskusi di Hotel Mulia Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Berdasarkan riset Standard Chartered, belanja pemerintah tahun ini diprediksi bakal terkerek 8,3 persen di angka Rp 1.454,5 triliun. Di mana tahun 2016, belanja pemerintah ada di posisi Rp 1.343,1 triliun.
Belanja infrastruktur juga dipediksi bakal menanjak 5,8 persen ke angka Rp 410,7 triliun di tahun ini. Tercatat, di tahun 2016, belanja infrastruktur di level Rp 388,3 triliun.
Sementara itu, inflasi diprediksi tetap terjaga di kisaran 3,5 persen dengan kondisi makro ekonomi yang kondusif, sehingga menjaga stabilitas rupiah.
Rino juga menilai, perhelatan Pilkada Serentak di 171 daerah di indonesia bakal mengerek laju konsumsi rumah tangga.
“Nah sekarang konsumsi akan meningkat tinggi karena perayaan pilkada akan membuat konsumsi meningkat tinggi,” pungkasnya.