Stakeholder Kretek Tolak Intervensi Global
Budyawan Muhammad Sobary mengungkapkan, konspirasi global dan intervensi asing semakin kuat menggerogoti kedaulatan bangsa.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Budyawan Muhammad Sobary mengungkapkan, konspirasi global dan intervensi asing semakin kuat menggerogoti kedaulatan bangsa.
Baca: Sumbang Lagu, Menhub Ajak Karyawan Tribunnews.com Joget Bareng
Ia mencontohkan adanya tekanan terhadap Pemerintah untuk mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang merupakan representasi kekuatan global yang merongrong kedaulatan bangsa.
"Kekuatan global itu diwakili FCTC sebagai bentuk kolonialisme dengan jubah baru. Salah satu formula untuk mendukung kehadiran FCTC adalah gelaran Asia Pacific Conference on Tobacco or Health (APACTH) 12th yang akan digelar di Bali," ujar Sobary, Kamis (22/3).
Dijelaskan Sobary, aksesi FCTC ini memiliki dampak penghancuran terhadap industri keretek nasional, karena di dalam 38 butir pasal di dalamnya bertujuan untuk melarang penyebaran produk hasil tembakau.
"Sikap pemerintah untuk tidak meratifikasi FCTC sudah tepat," tegas dia.
Hal senada diungkapkan Lembaga Konsumen Rokok, Agus Condro.
Dia mengatakan, Indonesia memiliki alasan-alasan kuat untuk tidak meratifikasi FCTC. Pertama, Indonesia memiliki kepentingan yang besar terhadap komoditas tembakau dan produk hasil tembakau.
Negara sangat bergantung pada komoditas ini sebagai pendapatan negara. Pada tahun 2017 pendapatan negara yang dipungut dari cukai rokok sebesar Rp150 trilun.
"Kedua, Indonesia memiliki produk hasil tembakau yang khas, yakni kretek," ungkap dia.
"Terdapat 6 juta orang yang dihidupi dari industri ini. Keempat, Industri kretek selama ini terbukti merupakan industri yang tahan terhadap berbagai hantaman krisis," tegasnya.