Rupiah Melemah ke Level Rp 13.900, Begini Tanggapan Bankir BCA
Menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar rupiah berada di level Rp 13.894 per dolar AS.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (24/4/2018) masih rentan mengalami pelemahan.
Data Bloomberg menyebutkan, mata uang garuda pagi ini dibuka menguat ke level Rp 13.921 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan kemarin yang kian mendekati level Rp 14.000, tepatnya di level Rp 13.975 per dolar AS.
Menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar rupiah berada di level Rp 13.894 per dolar AS.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah. Faktor tersebut kata dia adalah suku bunga, realisasi ekpsor impor dan permintaan dolar AS di pasar.
Jahja menjelaskan, mengenai suku bunga, ada risiko suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve yang berpotensi kembali naik dan berpotensi memberi tekanan bagi rupiah.
“The Fed akan menaikan suku bunga 2 sampai 3 kali, pasti secara psikologis akan menyebabkan kurs rupiah kita tertantang,” kata Jahja saat paparan publik BBCA di Kempinski Hotel, Jakarta, Senin (24/4/2018).
Untuk itu, kata Jahja, ketika rupiah mengalami depresiasi, kata dia, bank sentral dalam hal ini akan melakukan intervensi di pasar melalui operasi moneter, dengan catatan, bisa saja cadangan devisa mengalami penurunan.
“Apakah kemauan BI intervensi dengan megurangi cadangan devisa atau memberikan tanda ke pasar kita mengikuti kenaikan suku bunga global,” katanya.
Intervensi Pasar
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menyatakan, bank sentral sudah melakukan intervensi pasar demi menahan nilai tukar rupiah tidak terus melemah makin dalam.
“Bank Indonesia telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar surat berharga negara (SBN) dalam jumlah cukup besar,” kata Agus dalam pernyataan resmi yang diterima Tribunnews.com, Selasa (24/4/2018).
Agus melanjutkan, dengan upaya tersebut, mata uang garuda yang pada hari Jumat sempat terdepresiasi sebesar -0,70 persen, pada hari Senin ini hanya melemah -0,12 persen, lebih rendah daripada depresiasi yg terjadi pada mata uang negara-negara emerging market dan Asia lainnya, seperti peso Filipina -0,32 persen, rupe India -0,56 persen, baht Thailand -0,57 persen, peso Meksiko -0,89 persen, dan rand Afrika Selatan -1,06 persen.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.