Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Cadangan Devisa BI Tergerus untuk Tahan Kemerosotan Rupiah

Menurunnya cadangan devisa karena digunakan bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang belakangan merosot.

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Cadangan Devisa BI Tergerus untuk Tahan Kemerosotan Rupiah
KONTAN/CHEPPY A MUKHLIS
Logo Bank Indonesia 

Laporan Reporter Tribunnews, Syahrizal Sidik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA —  Bank Indonesia (BI) menyatakan posisi cadangan devisa Pemerintah yang tersimpan di BI pada akhir April 2018 sebesar 124,9 miliar dolar AS, lebih rendah dari posisi akhir Maret 2018 sebesar 126 miliar dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Dia mengungkapkan, menurunnya cadangan devisa karena digunakan bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang belakangan merosot.

“Penurunan cadangan devisa pada April 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi,” kata Agusman, dalam keterangan tertulis, Selasa (8/5/2018) di Jakarta.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, kata Agusman, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif.

Berita Rekomendasi

Secara terpisah, Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengemukakan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2018 diprediksi akan mengalami penurunan dari periode Maret lalu untuk menstabilkan nilai tukar.

“Cadangan devisa tergerus untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Menurunnya cadangan devisa menjadi sinyal bahwa bank sentral tidak bisa terus menerus lakukan intervensi dengan korbankan cadangan devisa,” kata Bhima kepada Tribunnews.com, Selasa (8/5/2018) di Jakarta.

Baca: Thomas Lembong Akui Kebijakan Industri Smelter di Pemerintahan SBY Bagus untuk Dorong Investasi

Baca: Dolar Tembus Rp 14.000, Wakil Ketua Kadin: Menyenangkan Buat Eksportir, Pahit Buat Importir

Karena itu, kata Bhima, bank sentral harus lebih kreatif dalam upaya menstabilkan nilai tukar, salah satunya dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sebesar 25 hingga 50 bps.

“Jika kondisi mendesak BI bisa naikkan bunga acuan 25-50 bps. Kenaikan bunga acuan diharapkan bisa menaikkan return instrumen investasi di Indonesia sehingga dana asing tidak melanjutkan capital flight,” jelas Bhima.

Untuk diketahui, sore ini rupiah ditutup melemah ke level Rp 14.052 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, pagi tadi mata uang garuda dibuka melemah ke level 14.004 per dolar AS.

Day range rupiah berada di kisaran Rp 14.004 hingga Rp 14.053 per dolar AS. Sementara, pelemahan rupiah sejak awal tahun sebesar 3,29 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas