Arcandra Tahar Ajak Masyarakat Selalu Tabayyun Terhadap Semua Informasi yang Diterima
Topik soal tabayyun diangkat dalam ceramah kali ini karena maraknya informasi hoax yang beredar di media sosial belakangan ini.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Dikky Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Arcandra Tahar mengingatkan masyarakat Indonesia untuk selalu memiliki dan memperkuat sikap tabayyun (memeriksa kebenaran) dari setiap informasi yang diperoleh agar kehidupan tetap terjaga dan tertata dengan baik.
Archandra menyampaikan hal itu saat mengisi ceramah usai menunaikan shalat tarawih berjamaah di Masjid Raya Sumatera Barat, Padang, Kamis (24/5/2018).
Sholat tarawih berjamaah merupakan salah satu kegiatan yang dijalankan Wamen ESDM selama bulan Ramadan tahun ini.
Topik soal tabayyun diangkat dalam ceramah kali ini karena maraknya informasi hoax yang beredar di media sosial belakangan ini.
Arcandra mengimbau masyarakat untuk tidak mudah memercayai isu-isu menyesatkan yang berkembang lewat berbagai jalur komunikasi dan media sosial.
Baca: Bebani Anggaran Daerah, Tinjau Ulang Kebijakan THR dan Gaji Ke-13 untuk PNS!
Apalagi, jika kebenarannya masih diragukan, karena sumber informasinya tidak jelas.
Dengan memiliki sikap tabayyun terhadap setiap informasi yang diperoleh, masyarakat dapat mengambil kesimpulan yang utuh sebelum bertindak.
Di tengah kehidupan yang modern ini, kita dihadapkan pada gaya hidup yang mudah dalam mendapat sebuah informasi.
"Namun, tanpa mengecek sumber informasi tersebut seringkali kita langsung mengirim berita tersebut kepada orang lain," kata Arcandra.
Baca: Tahun Depan Maju Nyapres, Rizal Ramli Akan Pakai Resep Ala Gus Dur, Seperti Apakah?
Menteri berdarah Minang ini menambahkan, seseorang penting agar memegang prinsip fatabayyuna atau tidak mudah percaya terhadap berita-berita yang beredar apalagi langsung meneruskannya kepada orang lain.
Arcandra menegaskan, dengan mengecek kembali kebenaran informasi yang diterima maka akan menghindarkan suatu kaum dari kebodohan.
"Ini sudah menjadi guidance yang telah ditetapkan Allah sejak 14 abad yang lalu. Tabayyun, periksa itu berita," tegasnya.
Seseorang, kata dia, tidak akan menimpakan musibah pada sebuah kaum dengan kebodohan apabila mengecek kembali informasi yang didapatnya.
Seseorang itu juga akan menjadi manusia yang menyesal dan merugi jika tidak melakukan perintah Allah tersebut.
"Inilah musibah terhebat kita abad ini, periksa diri apakah kita selalu bertabayyun atau masih sering mengikuti kebodohan menyebarkan berita tidak jelas. Minta ampunan kepada Allah yang maha pengampun," terangnya.
Arcandra menegaskan, sikap tabayyun juga akan menghindarkan masyarakat dari prasangka buruk orang lain.
Sebaliknya, absennya sikap tabayyun menjadikan seseorang kerap mencari pembenaran dengan melakukan dzon (prasangka) yang kemudian berlanjut pada ghibah (menggunjing orang lain), bahkan fitnah yang keji.
Menurutnya, masyarakat seharusnya menghindari berprasangka buruk terhadap suatu hal. Archandra bilang, seseorang harus dapat mengosongkan pikiran dan introspeksi diri terhadap keberadaan prasangka.
Pasalnya, sebagian prasangka adalah dosa. Apalagi, setiap manusia pasti memiliki kesalahan jika dicari.
Karena itu, lanjut dia, seseorang tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain, kecuali jika digunakan sebagai pengingat satu sama lain.
“Prasangka dan ghibah adalah kebiasaan buruk di zaman modern sekarang. Bulan Ramadhan ini merupakan waktu yang tepat untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut dan menghapuskan dosa-dosa. Mari cek diri kita masing-masing,' tandas Archandra.