Bankir Antisipasi Kenaikan Biaya Dana
Sejumlah bankir menilai, kenaikan suku bunga acuan tersebut akan berimbas terhadap kenaikan biaya dana alias cost of fund (COF) bank
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perbankan mulai mengantisipasi dampak suku bunga acuan BI atau 7 days reverse repo rate (7DRR) yang meningkat sebanyak 50 basis poin (bps) pada bulan lalu menjadi 4,75%.
Sejumlah bankir menilai, kenaikan suku bunga acuan tersebut akan berimbas terhadap kenaikan biaya dana alias cost of fund (COF) bank lantaran bunga simpanan akan meningkat.
Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Budi Satria mengatakan, pihaknya paling tidak akan menaikkan suku bunga simpanan sebanyak 25 bps. Guna menekan biaya dana agar tak tambah tinggi, pihaknya akan mengupayakan peningkatan dana murah atau current account and saving account (CASA).
Sampai saat ini rasio dana murah bank spesialis kredit perumahan ini sebesar 48%. "Biaya dana kami masih cukup tinggi di 5%. Targetnya bisa turun di level 4,5% di akhir tahun. Adapun CASA minimal bisa 50% terutama didorong dari pertumbuhan tabungan," ujar Budi, Senin (4/6).
Sampai April 2018, BTN mencatatkan penghimpunan tabungan naik sebesar 43,28% secara year on year (yoy) menjadi Rp 43,04 triliun dari Rp 30,04 triliun di periode sama tahun lalu.
Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) optimistis biaya dana masih dapat dijaga di bawah 3% pada tahun ini. Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menuturkan, BNI telah melakukan antisipasi kenaikan suku bunga acuan sejak lama dengan melakukan strategi produk mix funding yang berfokus pada dana murah.
Catatan saja, sampai kuartal I 2018 BNI membukukan biaya dana sebesar 2,8%, masih stabil sejak awal 2017. Sementara itu, rasio CASA BNI juga masih tumbuh dari 58,5% di kuartal I 2017 menjadi 62,4% pada tiga bulan pertama tahun ini. Dus, sampai akhir tahun BNI optimistis CASA dapat dijaga di level 65%.
Adapun PT Bank Bukopin Tbk memprediksi biaya dana bakal sebesar 5,6%–5,7% di 2018. Direktur Keuangan Bank Bukopin Adhi Brahmantya mengatakan, pihaknya masih mencermati perkembangan dan dinamika di pasar. Apalagi COF pada tahun ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan akhir tahun 2017 yang sebesar 6,6%.
Sementara Bank DKI akan berupaya menjaga COF di bawah 5%. "Itu tergantung pada kondisi likuiditas dan bunga simpanan di pasar," ujar Direktur Keuangan Bank DKI Sigit Prastowo. (Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Yoliawan H)