Omset Penjualan Online Masih Jauh Lebih Kecil Dibandingkan Sistem Offline
Omset online masih di bawah 2 persen dari omset jual-beli konvensional lewat toko, kios, pasar, supermarket, minimarket, mall, lelang, dan lain-lain
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski bisnis jual beli dengan sistem online kian terus tumbuh, tetapi hingga kini omset-nya masih tetap jauh dibawah sistem offline.
Omsetnya masih di bawah 2 persen dari omset jual-beli konvensional lewat toko, kios, pasar, supermarket, minimarket, mall, lelang, dan lain-lain.
“Untuk produk jasa, seperti traveling, pemesanan hotel, dan transportasi, bisnis online memang terus tumbuh. Tetapi untuk jual beli retail, orang Indonesia masih suka belanja langsung ke toko atau swalayan,” ujar Vice President Marketing Trade Mall Agung Podomoro, Ho Mely Surjani, di Jakarta, Kamis (7/6/2018).
Menurut Ho Mely Surjani, ada 5 perilaku pembelanja Indonesia yang sulit digantikan jual-beli online yakni melihat, mencoba, merasakan, makan-minum, dan menawar (5M).
“Sebelum memutuskan membeli barang, orang Indonesia biasanya ingin melihat sendiri dan memilih barang yang akan dibeli, mencoba-nya, menyentuh dan merasakan kualitas-nya, menawar harga barang, dan suka diselingi dengan makan minum dulu diantara waktu berbelanja,” ujarnya.
Lima karakter itulah, yang membuat kebiasaan belanja offline orang Indonesia akan sulit digantikan sistem belanja online, hingga sampai puluhan tahun ke depan .
“Online mereka fungsikan untuk memantau promosi dan tawaran diskon saja. Tapi, ketika hendak memutuskan membeli, mereka pergi ke toko,” katanya.
Baca: Industri Retail Lesu, Kunjungan Mal Agung Podomoro Tetap Tinggi
Contohnya di Plaza Kenari Mas, Kramat, Jakarta Timur, trade mall yang terkenal sebagai pusat penjualan barang-barang perlengkapan rumah tangga, toiletries, elektronika, dan segala jenis produk perlampuan itu, tetap ramai dikunjungi pembelanja hingga 20 ribu orang setiap hari.
“Untuk membeli misalnya lampu hias, lampu taman, atau perlengkapan rumah tangga seperti segala kebutuhan toiletnya misalnya, orang tidak bisa berbelanja via online. Mereka harus tetap datang ke Plaza Kenari untuk menyentuh, melihat sendiri, dan memilih diantara beragam produk, mana yang ia sukai,” cerita Albert, pemilik kios Wong Cilik yang menjual segala jenis lampu di Plaza Kenari Mas.
Untuk mendukung bisnisnya, Albert juga melengkapi tokonya untuk di jalur online, untuk promosi.
Kalau sudah memilih toko atau kios sebagai lokasi berbisnis secara offline, akan semakin mudah untuk melebarkan sayap promosi bisnisnya di jalur online.
Tetapi kalau belum memiliki kios, namun hanya mempromosikan bisnisnya di jalur online, akan sangat merepotkan guna menyimpan stok barang, dan alamat bagi konsumen untuk mendatangi toko guna berbelanja dan melihat barang.
Ho Mely Surjani menyarankan kepada pebisnis di Jakarta untuk segera memiliki kios sebagai tools pertama berbisnis, baik untuk tempat bisnis offline yang masih menjadi pilihan paling populer para konsumen di Indonesia, maupun untuk berpromosi bisnis secara online.
Baca: Honorer Ini Putar Uang Gajinya Sebesar Rp 1,2 Juta untuk Bisnis Sabu
Pilihannya sekarang, manakah pilihan yang paling menguntungkan untuk memiliki kios di Jakarta? Apakah membeli kios di pasar tradisional, sewa-beli di trade mall, atau dengan sewa ruang di mall?