Ada Bank Asing, BNI Belum Berminat Biayai Pembelian Saham Freeport
untuk bisa mengakuisisi 51 persen saham Freeport, Inalum memerlukan dana sebesar 3,85 miliar dollar AS
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ( BNI) belum berencana memberikan pinjaman kepada PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum untuk divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyebutkan ada persaingan yang berat untuk memberikan pinjaman kepada Inalum. Pasalnya, sejumlah bank ikut bersaing untuk memberikan pinjaman, khususnya ada minat dari bank asing.
"Soalnya bank-bank yang minat biayai akuisisi Freeport cukup banyak. Baik itu bank asing atau lokal. Nah kita melihat seperti ini," kata Achmad Baiquni saat ditemui di Wisma BNI, Jakarta Pusat, Rabu (18/7/2018).
Terlebih bank asing memberikan bunga kredit yang lebih kecil sekitar empat persen, sehingga kecil kesempatan untuk ikut memberikan pinjaman.
"Kalau kita lihat bank asing, suku bunganya cukup menarik (rendah). Kalau kita rasa-rasanya kalau bersaing dengan mereka cukup berat. Makanya kita yakini untuk bersaing khususnya dengan suku bunga cukup berat," kata Baiquni.
Dirut BNI juga menjelaskan sebenarnya BNI tidak memiliki kewajiban untuk memberikan pinjaman kepada Inalum, namun mengingat mereka adalah sesama badan usaha milik negara (BUMN), makanya BNI berniat untuk memberikan pinjaman.
"Kita dibebaskan, diberi keleluasaan untuk biayai, silakan, enggak silakan. Inalum sendiri mampu mencari pembiayaan sendiri. Hanya karena semangat sinergi BUMN, tapi tetep pertimbangannya buat Inalum adalah cost buat mereka," tutur Baiquni.
Sebagai informasi, untuk bisa mengakuisisi 51 persen saham Freeport, Inalum memerlukan dana sebesar 3,85 miliar dolar AS. Sebesar 3,5 miliar dolar AS digunakan untuk membeli 40 persen Participating Interest Rio Tinto di PTFI, 350 juta dolar AS lainnya akan dibayarkan ke Indocopper merupakan bagian dari saham Freeport McMoran Inc (FCX).