Kemenko Perekonomian: Berlebihan, Menyebut Kondisi Saat Ini Sebagai Situasi Kritis
Efek jangka panjangnya adalah berkurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Martyasari Rizky
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masalah pelemahan rupiah yang terjadi di Indonesia saat ini dinilai memberikan dampak pada asumsi masyarakat.
Iskandar Simonangkir, Deputi Bidang Koordinasi Makro dan Keuangan Kementerian koordinator Perekonomian dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB) di Jakarta Pusat, Senin (10/9/2018) mengatakan, hal ini bukanlah sebuah kondisi kritis. Anggapan kondisi pelemahan rupiah sebagai sebuah krisis dianggap berlebihan.
Namun, Indonesia memang harus tetap waspada.
"Jika dikatakan kondisi seperti saat ini merupakan situasi kritis, hal itu berlebihan. Kalau waspada kita memang harus selalu waspada. Kita perlu waspada juga karena neraca perdagangan yang negatif,” ujar Iskandar.
Menurutnya, pemikiran negatif yang terjadi selama beberapa bulan sejak rupiah mulai melemah dapat memberikan efek nantinya masalah krisis akan benar-benar terjadi.
Efek jangka panjangnya adalah berkurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
“Kalau kita berpikiran negatif itu bisa terjadi negatif. Contohnya dalam bisnis perbankan, bank sebenarnya sehat tetapi kalau ada tersebar isu negatif, nasabahnya akan berbondong-bondong pergi. Hal tersebut sama halnya dengan kasus kita saat ini. Orang asing saja melihat ekonomi Indonesia tidak se dahsyat yang dikatakan,” ungkapnya.
Menurutnya masyarakat tidak mudah termakan oleh isu-isu yang berkembang sejauh ini adalah dengan tetap realistis dengan keadaan saat ini di mana kondisi ekonomi global sedang dalam masa yang tidak pasti.
“Kita harus tetap waspada, tetapi ketakutan yang berlebihan menurut saya itu tidak bagus. Kalau perkembangan ekonominya tinggi, maka impor juga akan mengikuti. Hal tersebut merupakan hal wajar. Tetapi situasi saat ini didorong oleh faktor eksternal, yang di mana kondisi global saat ini masih penuh dengan ketidakpastian,” tambahnya.
Baca: Yenny Wahid Dapat Tawaran Posisi Ini Jika Bergabung di Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga
Selanjutnya Iskandar mengatakan, sejauh ini kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi masalah pelemahan rupiah sudah tepat.
Diketahui langkah pemerintah dalam menangani pelemahan rupiah adalah dengan menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) impor pasal 22, penerapan penggunaan bahan bakar B20 dan pengaplikasian TKDN (Tingkat komponen dalam negeri) untuk pembangunan infrastruktur.
Baca: Ludes dalam 4 Menit, Blibli.com Janji Gelar Flash Sale Xiaomi Redmi 6A Pekan Depan
“Di tengah ketidakpastian yang sedang terjadi, memang hal ini harus cepat ditangani. Langkah yang dilakukan pemerintah sudah cepat dan tepat,” ujar Iskandar.
Adapun masalah yang menjadi penyebab pelemahan rupiah adalah perang dagang antara Amerika dengan beberapa negara, krisis ekonomi yang menimpa Argentina dan Turki, serta masalah defisit Current Account Deficit (CAD).
“Kalau kita lihat untuk masalah current account, kali ini bukan lah hal pertama bagi kita,” tambahnya kembali.