Hobi Bikin Sambal Antarkan Mujiati Sukses Jualan 'Sambal Cuk' ke Pasar Luar Negeri
"Saya ingin mengenalkan rempah-rempah indonesia dan mengerek harga jualnya yang murah di pasar," ujarnya.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jeli melihat peluang dan gemar memasak mengantarkan Mujiati menuai sukses sebagai pengusaha lewat bisnis Sambal Cuk. Produknya tidak hanya banyak diburu konsumen dalam negeri tapi juga luar negeri.
Selama ini Sambal Cuk sudah dikenal sebagai oleh-oleh khas Surabaya. Sehingga, belum pas rasanya saat meninggalkan kota pahlawan tanpa membawanya sebagai buah tangan.
Mujiati sendiri memulai usaha sejak tahun 2009. Hingga kini, ia sanggup memproduksi sebanyak 3.000 botol per bulan. Hasil produksi tersebut tidak terlepas dari keberadaan 40 karyawan plus para ibu rumahtangga di sekitar lingkungannya.
Seluruh produksi sambat tersebut ia pasok ke sejumlah toko buah tangan yang ada di Surabaya. Termasuk juga ke supermarket, reseller, dan konsumen yang memesan secara langsung untuk dibawa ke luar negeri.
Biasanya ke Singapura, Taiwan hingga Amerika Serikat. Rupanya, produk racikan Mujiati ini sudah mengantongi sertifikasi ISO yang bertaraf internasional sehingga gampang masuk ke pasar luar negeri.
Salah satu yang membuat produk ini digemari adalah terdapat banyak jenis sambal, yakni ada 20 jenis. Seperti sambal rendang, sambal teri, sambal bawang, dan lainnya.
Baca: Program Registrasi Kartu Prabayar yang Berantakan, Akun Whatsapp Wadirut Tri Jadi Korban Peretasan
Belakangan, Mujiati mulai melebarkan sayap usahanya dengan memproduksi bumbu masak rempah tradisional. Sehingga total produknya ada sekitar 38 macam.
"Saya ingin mengenalkan rempah-rempah indonesia dan mengerek harga jualnya yang murah di pasar," ujarnya.
Baca: Pelajaran Penting dari Laka Fatal Mazda2 di Tol Tangerang: Jangan Suka Nyalip dari Bahu Jalan!
Produk racikannya, ia banderol Rp 10.000 sampai Rp 30.000 per botol. Dalam sebulan ia bisa mengantongi omzet ratusan juta rupiah
Meski sudah populer, Mujiati masih getol berpromosi melalui media digital. Tujuannya, untuk memperluas pasar serta menguatkan brand awarness Sambal Cuk.
Pemasaran melalui penyebaran informasi dari mulut ke mulut juga masih dilakukan serta menjadi senjata jitu untuk membuat orang lain ingin mencoba. Hasil kerja keras Mujiati membuahkan hasil, seperti menggondol juara satu Paramakarya 2017.
Dirikan Pabrik Atasi Order
Sempat ditertawakan oleh teman-teman karena banting setir dari seorang profesional menjadi penjual sambal, tak menciutkan hati Mujiati dan suaminya. Mereka tetap fokus menjalankan roda usahanya.
Berbagai persoalan pun mereka hadapi. Termasuk saat kesulitan modal. "Saya terus berpikir bagaimana caranya dapat tambahan modal," ujar Muji.
Salah satunya, Muji mengikuti lomba wirausaha. Dia pun menang sebagai juara pertama dan mendapat suntikan modal Rp 1 miliar. Dengan uang itu, ia membeli mesin baru dan memperbaiki tempat produksi.
Meski tak lagi bingung masalah modal, kendala yang dihadapinya kini adalah keterbatasan produksi.
Dampaknya, saat ada pesanan dalam jumlah besar Mujiati mau tak mau harus menolaknya. Dia mengaku, pernah menolak order dari Mongol dan Belanda.
Lantas, Muji pun berencana untuk membangun pabrik sambal baru di area Jombang, Jawa Timur. Ia ingin pabrik punya kapasitas produksi yang besar supaya tak lagi menolak pesanan yang datang.
Selain itu, pembangunan pabrik tersebut dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu rumah tangga disekitar lokasi pabrik.
Di bisnisnya ini Muji selalu melibatkan para ibu rumah tangga disekitar lokasi produksi. Pekerjaannya cukup sederhana, seperti mengupas kulit bawang atau petik cabai. Tujuannya, untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Dia pun berharap Pemerintah Kota Surabaya memberikan perhatian dengan memberi bantuan mesin untuk membantunya meningkatkan jumlah produksi.
"Dengan begitu roda usaha saya bisa lebih kencang lagi dan skala usahanya meningkat dari usaha kecil menjadi menengah, serta membuka lapangan pekerjaan lebih besar," tegasnya.
Meski pemain sambal sudah menjamur di dalam dan luar Surabaya, Muji tetap santai. Menurutnya dengan adanya pesaing usaha akan membuatnya lebih kreatif untuk menciptakan resep atau menu baru.
Promosi offline dan online melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook masih rajin dia lakukan. "Ini untuk mengundang konsumen baru yang berada di luar kota," tegasnya.