Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Hari Ini Menguat Tipis, Penguatan Masih Terganjal Suku Bunga The Fed dan BI

Untuk pertama kalinya dalam minggu ini rupiah menguat tipis 0,05% ke level Rp 14.911 per dollar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.

Editor: Suut Amdani
zoom-in Rupiah Hari Ini Menguat Tipis, Penguatan Masih Terganjal Suku Bunga The Fed dan BI
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas saat memperlihatkan sejumlah uang dollar di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis (6/9/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat kembali pada perdagangan Kamis pekan ini setelah dari awal pekan terus tertekan, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar Rp 14,904,00. Tribunnews/Jeprima 

Penguatan Rupiah Hari Ini Terganjal Suku Bunga The Fed dan BI

TRIBUNNEWS.COM - Jelang pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), rupiah bergerak sideways pada Rabu (26/9).

Untuk pertama kalinya dalam minggu ini rupiah menguat tipis 0,05% ke level Rp 14.911 per dollar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.

Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) justru menunjukkan koreksi rupiah 0,30% menjadi Rp 14.938 per dollar AS.

Baca: Rizal Ramli Sebut Tak Cukup Stabilkan Rupiah Hanya dari Kebijakan Moneter

Penguatan kurs rupiah di pasar spot ini didorong oleh penguatan pasar saham secara umum di Asia.

Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menggelar rapat penentuan suku bunga pada 25-26 September 2018 waktu setempat.

Dilansir dari Bloomberg, dalam rapat ini The Fed berpotensi akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin.

Baca: Rupiah Melemah ke Level Rp 14.944 per Dolar AS

Berita Rekomendasi

Selain itu, pasar juga akan terfokus pada arah dot plot yang akan menggambarkan proyeksi The Fed sampai 2021.

"Secara luas akan menaikkan suku bunga dan pasar akan mendengarkan testimoni bank sentral Amerika, apakah benar-benar di tahun 2018 akan menaikkan empat kali atau hanya tiga kali. Itu yang dijadikan acuan bagi para investor," ujar Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka.

Vice President Economist Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, penguatan rupiah juga terjadi berkat pemerintah yang terus mengawasi pelemahan rupiah.

"Kemungkinan besar setelah melihat pernyataan The Fed, BI akan juga menaikkan. Kenaikkan suku bunga sangat penting sekali secara jangka pendek untuk menahan pelemahan mata uang Garuda," jelasnya.

Pasar juga masih menantikan besaran kenaikan suku bunga BI antara 25 atau 50 basis poin.

Bukan hanya itu, baginya pergerakan rupiah juga masih ditentukan oleh Rapat Dewan Gubernur BI yang akan menaikkan kembali suku bunga acuannya jadi 5,75% dari saat ini 5,5%.

Namun, rupiah masih rentan akibat fluktuasi perselisihan dagang antara AS dengan China yang memicu ketidakpastian prospek pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun emerging market.

"Ditambah lagi efek pertemuan AS dengan Jepang untuk membahas kesepakatan perdagangan bilateral keduanya. Bisa berimbas kepada penguatan dollar lagi," kata Ibrahim.

Joshua memprediksikan pergerakan rupiah masih ditentukan oleh arah dan keputusan The Fed dalam tiga tahun ke depan di kisaran Rp 14.850-14.950 per dollar AS.

Sentimen yang sama juga disampaikan Ibrahim yang memproyeksikan rupiah berada dalam rentang di level Rp 14.895-Rp 14.950 per dollar AS.

(Kontan.co.id/Disa Ayulia Agatha)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul, "Penguatan rupiah terganjal suku bunga The Fed dan BI"

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas