Tugas Berat Indosat Perbaiki Kinerja Keuangan
Direktur utama Indosat Ooredo, Chris Kanter bertekad perusahaan yang ia pimpin akan menggelontorkan belanja modal
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur utama Indosat Ooredo, Chris Kanter bertekad perusahaan yang ia pimpin akan menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 30 triliun.
Menurut Victoria Venny, analis saham MNC Securities menyebutkan bahwa idealnya capex yang dikeluarkan oleh emiten telekomunikasi berkisar 20 persen sampai 25 persen dari revenue perusahaan.
"Jadi jika pendapatan mereka Rp 30 triliun maka wajar jika capex Indosat berada pada level Rp6-7.5 triliun. Jika mereka merencanakan capex sebesar Rp 30 triliun itu akan sulit terealisasi, terlebih sumber pendanaan relatif terbatas," kata Venny dalam keterangannya, akhir pekan ini.
Pernyataan analis saham dari MNC Securities ini dibuktikan dengan data laporan keuangan. Jika di lihat dari kinerja keuangan Indosat semester 1 2018, Togal Debt to Total Equity Ratio (DER) sudah mencapai 2.6 kali. Artinya, ruang untuk pendanaan melalui hutang relatif terbatas. Sedangkan Net Debt to Equity berada di level 1.4-1.5 kali, jauh lebih tinggi dibandingkan kompetitornya yaitu EXCL dan TLKM yang berada di kisaran 0.5-0.6 kali.
Total hutang Indosat berdasarkan laporan keuangan tengah tahun lebih dari Rp 36 triliun. Equiti Indosat di laporan keuangan Juni Rp 13 triliun. Sehingga maksimum Indosat mempunyai hutang hanya Rp 39 triliun untuk rasio DER 3 kali.
"Jika Indosat mencari dana capex melalui hutang, itu sangat berat. Paling besar ia hanya bisa mendapatkan Rp 3 triliun lagi. Ini disebabkan EBITDA Indosat tidak mendukung. Sehingga berat untuk mencari capex dari hutang. Posisi free cash flow juga tidak mendukung. Apa lagi saat ini untuk menerbitkan obligasi sangat sulit," terang Venny.
Untuk memperbaiki kinerja keuangan Indosat, langkah yang harus dilakukan emiten berkode ISAT tersebut menurut Venny adalah dengan restrukturisasi keuangan. Restrukturisasi keuangan yang paling mudah dilakukan adalah dengan menambah ekuitas perusahaan dengan menerbitkan saham baru (Right Issue).
"Namun untuk menerbitkan saham baru di Indosat bukan perkara mudah. Pemerintah selaku pemegang saham di Indosat belum tentu mau menempatkan dana lagi di Indosat atau sahamnya berpotensi terdilusi. Sehingga yang paling mungkin dilakukan Indosat adalah melakukan konsolidasi dengan perusahaan telekomunikasi lainnya. Untuk Indosat melakukan akuisisi seperti ambil alih XL bisa dikatakan sulit terealisasikan. Sebab kinerja keuangan belum mendukung,"terang Venny.
Ketika ditanya potensi konsolidasi yang paling mungkin dilakukan oleh Indosat, Venny melihat adalah dengan XL Axiata. Pertimbangan adalah kanal frekuensi mereka yang saling berdekatan. Namun Venny pesimis saat ini XL mau untuk konsolidasi dengan Indosat. Ini disebabkan kinerja XL jauh lebih baik dibandingkan Indosat. Venny melihat kemungkinan yang paling mungkin adalah konsolidasi dengan H3I. Ini disebabkan size perusahaan yang tak jauh berbeda.
"Saat ini kinerja keuangan XL jauh lebih baik dibandingkan Indosat. Apa lagi saat ini XL termasuk yang berhasil dalam melakukan transformasi. Kecepatan dalam merubah revenue dari bisnis legacy menjadi layanan data serta ekspansi luar Jawa yang masif menjadi keunggulan kompetitif XL", pungkas Venny.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.