KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Masih Terjaga
Sri Mulyani menyampaikan, fundamental ekonomi dalam negeri masih pada konsisi yang terkendali,
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Komite Stabilitas Sistem Keuangan menyatakan kondisi stabilitas sistem keuangan pada triwulan III-2018 secara keseluruhan masih tetap terjaga.
“Berdasarkan hasil pemantauan lembaga anggota KSSK terhadap perkembangan perekonomian, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan dan penjamin simpanan, selama triwulan III-2018 secara keseluruhan relatif terjaga,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers bersama anggota KSSK lainnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Menteri Keuangan menyampaikan, fundamental ekonomi dalam negeri masih pada konsisi yang terkendali.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga, tingkat inflasi yang stabil sesuai target yang ditetapkan pemerintah.
Baca: Polairud Kembali Temukan Potongan Tubuh Korban dan Serpihan Lion Air JT 610 di Tengah Ombak Besar
Selain itu, cadangan devisa masih berada pada level memadai, volatilitas nilai tukar Rupiah masih terkendali serta defisit APBN dan keseimbangan primer yang lebih baik dari periode sebelumnya.
“Kondisi APBN dalam posisi yang sangat baik, pendapatan negara tumbuh 19 persen, pendapatan perpajakan juga naik 16,9 persen dibanding tahun lalu, belanja negara tumbuh 10 persen, tahun lalu hanya 5 persen, ini naik dua kali lipat,” ujar Menteri Sri Mulyani.
Baca: Data Lengkap Insiden Kecelakaan Lion Air dari Tahun ke Tahun
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh indikator sistem keuangan sebagaimana terlihat dari kinerja perbankan. Tercatat pada September 2018, kredit perbankan tumbuh 12,69 persen di tengah volatilitas pasar.
“Dari sisi permodalan perbankan kita masih menunjukkan penguatan. CAR masih di kisaran 23 persen,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana.
Baca: Untuk Selamatkan PLN, Pemerintah Berencana Patok Lagi Harga Jual Gas untuk Pembangkit Listrik
Sementara, rasio kredit bermaslah (NPL) gross perbankan berada pada level 2,66 persen.
Namun demikian, KSSK menilai, potensi risiko utama yang patut dicermati masih berasal dari arah kebijakan pemerintah Amerika Serikat.
Baca: Prime Gears Tebar Promo Menarik Helm Arai dan Apparel Taichi di IMOS 2018
Hal itu berimbas pada meningkatkan ketidakpastian ekonomi dunia yang bisa berdampak pada ekonomi dalam negeri.
Sedangkan, dari sisi domestik, potensi risiko masih berasal dari melebarnya defisit transaksi berjalan, melemahnya nilai tukar dan ketergantungan pada ekspor berbasis komoditas.
“KSSK terus melakukan pemantauan dan mitigasi berkelanjutan atas dampak dari berbagai potensi risiko tersebut,” jelas Sri Mulyani.