Harga Minyak West Texas Intermediate Turun 10 Persen Hanya dalam 9 Hari
"Ada tiga hal yang mempengaruhi yakni terus bertambahnya persediaan minyak AS, kelebihan produksi OPEC serta pelonggaran sanksi Iran," kata Bob Yawger
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Wahyu Tri Rahmawati
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga minyak mengambil napas setelah turun dalam sembilan hari berturut-turut. Jumat (9/11) pukul 7.24 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2018 di New York Mercantile Exchange naik tipis ke US$ 60,74 per barel setelah kemarin mencapai level terendah pada US$ 60,67 per barel.
Ini adalah harga terendah sejak Maret 2018 lalu. Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun dalam sembilan hari berturut-turut sejak Senin (29/10). Total penurunannya mencapai 10,13%.
Harga minyak brent untuk pengiriman Januari 2019 di ICE Futures pun mencapai level terendah sejak Mei 2018 ke US$ 70,65 per barel, melemah 1,97% ketimbang hari sebelumnya.
Harga minyak acuan internasional ini pun melemah dalam sembilan hari berturut-turut. Dalam sembilan hari, harga minyak brent tergerus 9,02%.
Baca: Tata Motors Pasok 30 Unit Truk Dapur Lapangan untuk Korps Brimob
Pasokan minyak global bertambah lebih cepat daripada perkiraan pasar semula.
"Ada tiga hal yang mempengaruhi, yakni terus bertambahnya persediaan minyak AS, kelebihan produksi OPEC, serta pelonggaran sanksi Iran," kata Bob Yawger, director of futures Mizuho kepada Reuters.
Baca: Rupiah Deg-degan Menunggu Pengumuman Data Cadangan Devisa Terbaru dari BI
Produksi minyak AS mencapai rekor tertinggi baru pada 11,6 juta barel per hari hingga pekan lalu. AS mengambil alih posisi Rusia sebagai produsen minyak terbesar dunia. Yawger menambahkan, produksi AS ini bukan hanya merambat, tapi sudah melonjak.
Energy Information Administration (EIA) memperkirakan, produksi minyak akan mencapai 12 juta barel per hari pada pertengahan tahun depan. Produksi minyak AS terutama berasal dari shale oil.
Di sisi lain, beberapa pengamat pasar energi menilai, OPEC dan Rusia mungkin akan kembali memangkas pasokan.
"OPEC dan Rusia mungkin akan memangkas produksi untuk menopang harga ke sekitar US$ 70 per barel," kata Ole Hansen, head of commodity strategy Saxo Bank.