Bursa Efek Indonesia Mulai Antisipasi Dampak Tren Suku Bunga Tinggi
Berdasarkan data BEI, sejak awal tahun hingga saaat ini, pelaku pasar asing telah melakukan jual bersih sebesar Rp 44,66 triliun.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, SOLO — Bursa saham domestik masih dibayangi risiko ketidakpastian ekonomi global akibat berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter oleh otoritas keuangan Amerika Serikat.
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, diperkirakan masih akan kembali menaikkan suku bunga acuannya di 2019. Hal tersebut, menyebabkan arus modal keluar dari negara-negara emerging, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun hingga saat ini (year to date), pelaku pasar asing telah melakukan jual bersih sebesar Rp 44,66 triliun.
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun terkoreksi 5,4 persen ke posisi 6.012,35 poin pada penutupan perdagangan Jumat (16/11/2018).
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga global seiring langkah bank sentral yang menaikkan tingkat bunga acuannya sebesar 25 basis poin dari 5,75 persen menjadi 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 14-15 November 2018.
Baca: Survei LSI: Partai Hanura dan PSI Bersama Empat Partai Lain Diprediksi Tak Lolos Ambang Batas
“Untuk suku bunga lebih ke eksternal, sekarang saja, per kemarin BI naikkan suku buga indeks naik signifikan hal ini bahwasanya sudah diantisipasi,” kata Inarno di acara media gathering Pasar Modal di Solo, Jumat (16/11/2018).
Inarno menyebut, Bursa Efek Indonesia, mengantisipasi risiko arus modal keluar dengan memberikan beberapa insiatif yang akan dilakukan di tahun depan yang sifatnya lebih ke pendalaman pasar dengan memperluas basis investor domestik, sehingga, ketika ada risiko arus modal keluar, pasar saham dalam negeri akan tetap stabil.
Baca: Indonesia Drag Wars, Kompetisi Balap Drag Race Moge Kembali Digelar di Sirkuit Rumpin, Bogor
Inisiatif yang akan dilakukan bursa itu misalnya melalui aturan mengenai pendaftaran elektronik (e-registration), tujuannya, untuk mendukung efektivitas dan efisiensi dalam bertransaksi. Selain itu, bursa juga akan menerapkan mekanisme electronic bokbuilding dalam penawaran umum perdana saham di tahun depan. Dengan sistem ini diyakini akan menjadi pendorong investor ritel untuk memiliki porsi saham lebih besar dalam penawaran umum.
“Sehingga kalau ada penurunan indeks akan didukung produk yang lebih variatif,” ujarnya.
Secara terpisah, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan kebijakan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan tersebut merupakan langkah lanjutan Bank Indonesia untuk memperkuat daya tahan dan menurunkan defisit transaksi berjalan.
“Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan,” kata Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Sebagai catatan, sejak awal tahun ini, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis poin.