Bank Indonesia: Tahun 2018 Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,1 Persen
Sebagai perbandingan, angka itu lebih lemah ketimbang kuartal IV 2017 yang mencatat pertumbuhan ekonomi 5,19%.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Benedicta Prima
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) enggan muluk-muluk memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2018. Otoritas moneter ini memperkirakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang tahun 2018 akan tumbuh 5,1%.
"Pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5,1%-5,2%. Perkiraan BI di sekitar 5,1% untuk tahun ini," ungkap Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI saat menjadi keynote speaker menggantikan Perry Warjiyo di acara Core Economic Outlook Rabu (21/11/2018).
Sekadar mengingatkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2018 di level 5,06%. Lalu pertumbuhan lebih kencang menjadi 5,27% pada kuartal II, dan 5,17% pada kuartal III.
Dody memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2019 akan sama seperti kuartal III, yaitu 5,17%.
Sebagai perbandingan, angka itu lebih lemah ketimbang kuartal IV 2017 yang mencatat pertumbuhan ekonomi 5,19%.
Pemerintah sebelumnya mematok target pertumbuhan 5,4% di akhir tahun 2018. Namun, sebelumnya, Menteri Sri Mulyani pun merasa lebih realistis mematok pertumbuhan ekonomi 5,1%-5,2%.
Meskipun demikian, Dody meminta untuk menunggu hasil rapat BI di akhir November nanti. Menurut dia, permintaan domestik akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
Baca: Bikin Macet Tol Japek, Menhub Stop Sementara Proyek LRT dan Kereta Cepat Jakarta-BDG Sampai Lebaran
Realisasi investasi pada kuartal III-2018 tercatat Rp 173,8 triliun, turun 1,6% secara month on month (mom), juga turun 20,2% year on year (yoy).
Sedangkan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2018 tumbuh 5,01%. Angka ini lebih tinggi ketimbang periode yang sama di tahun 2017 yang tercatat 4,93%. Konsumsi juga masih terus didorong oleh belanja infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
Baca: Pelesir Sambil Kopdar, Beginilah Kemeriahan Ultah Ke-39 PPMKI di Bali
Dari sisi perbankan, penyaluran kredit masih bisa tumbuh ke arah 12%. Ini menunjukkan besarnya transmisi kebijakan moneter sehingga membuat ekonomi bisa tumbuh.
Tingkat kepercayaan produsen juga dinilai baik. Dody menjelaskan, perbankan tidak menaikkan suku bunga kreditnya, meskipun suku bunga investasi dan dana pihak ketiga (DPK) sudah mengalami kenaikan.
Efisiensi perbankan dan corporate bisa dilihat dari tipisnya pass-through dari sisi nilai tukar ke dunia usaha. Dengan begitu, kenaikan ongkos tidak perlu dibebankan pada kenaikan harga di tingkat konsumen.
"Pass-through ke ongkos produksi terjaga," jelasnya.
Sedangkan dari sisi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksi stagnan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang mengalami perlambatan.
Hal ini disebabkan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China, serta menunggu Eropa melakukan normalisasi suku bunga.
"Meskipun saat ini tren eksternal memang positif menunggu pembahasan trade policy AS-China," ungkap Dody.