INDEF: Ekonomi Indonesia Tahun 2019 Hanya Akan Tumbuh 5 Persen
Ketidakpastian ekonomi global di tahun depan masih akan berlanjut seiring rencana bank sentral Amerika Serikat, The Fed mengerek lagi suku bunganya.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Lembaga riset ekonomi dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia tyahun 2019 mendatang akan tumbuh 5 persen.
Angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla seperti dituangkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 5,3 persen.
Ekonom Indef Eko Listiyanto mengatakan, asumsi pertumbuhan ekonomi 5 persen di tahun depan itu didasarkan pada masih tingginya ketidakpastian ekonomi global karena masih berlanjutnya ketegangan perang dagang. Eko menilai, eskalasi perang dagang akan meluas tidak hanya Amerika Serikat dengan China, tapi juga akan dialami negara-negara lainnya.
Ketidakpastian ekonomi global di tahun depan menurut Eko masih akan berlanjut seiring rencana bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve mengerek lagi suku bunga acuannya tiga kali.
“Perang dagang ekskalasinya meluas ke berbagai negara tidak hanya AS dan China tapi negara lain. Sehingga pertumbuhannya tidak akan sebesar asumsi APBN," kata Eko, di acara seminar Indef mengenai proyeksi ekonomi Indonesia 2019, Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Meningkatnya ketegangan perang dagang AS - China di tahun depan menurut Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati ada sisi positifnya.
Perang dagang akan mendorong investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) mengalir ke Asia cukup tinggi. Indonesia, punya andil bagian untuk menarik minat investasi ke dalam negeri.
Baca: Lagi Cari Mobil Buat Liburan Akhir Tahun? Ada Tawaran Menarik Nih dari Mobil Seken Suzuki
“Tinggal bagaimana potensi FDI yang sudah ada di Asia bisa mampir ke Indonesia,” ujarnya.
Eko juga menegaskan, tahun depan Indonesia juga akan menghadapi ajang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Biasanya, dalam tahun politik, investor cenderung berhati-hati dalam menanamkan modalnya di dalam negeri karena akan kembali mempertimbangkan target, program, dan desain kebijakan ekonomi yang ditawarkan oleh masing-masing calon presiden.
Baca: Toyota Avanza Pimpin Wholesales Segmen LMPV Periode Januari - Oktober 2018
“Hiruk pikuk Pilpres akan mewarnai perekonomian di 2019,” jelas Eko Listiyanto.
Beberapa asumsi makro ekonomi Indonesia berdasarkan catatan INDEF di 2019 antara lain: nilai tukar rupiah akan menyentuh level Rp 15.250 per dolar AS
Lalu laju inflasi diprediksi berada di level 3,5 persen. Sementara, tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,3 persen dan tingkat kemiskinan 10 persen.