BPS Minta Pemerintah Kendalikan Impor dan Genjot Ekspor
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November sebesar USD 2,05 miliar.
Penulis: Brian Priambudi
Editor: Fajar Anjungroso
![BPS Minta Pemerintah Kendalikan Impor dan Genjot Ekspor](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/kapala-bps.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November sebesar USD 2,05 miliar.
Membengkaknya neraca perdagangan tersebut dikarenakan terjadi defisit di sektor migas sebesar USD 1,46 miliar serta nonmigas sebesar USD 0,58 miliar.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BPS Suhariyanto meminta, agar pemerintah lebih gencar mengendalikan impor dan menggenjot ekspor.
"Januari hingga November defisit USD 7,52 miliar. Penyebabnya tidak berbeda, di mana defisit lebih terjadi karena defisit di migas USD 12,21 miliar sementara nonmigas surplus USD 4,6 miliar," ujar Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).
"Jadi bisa dilihat pergerakan defisitnya. Tentu kita berharap ke depan bisa menggenjot ekspor dan mengendalikan impor menjadi lebih berhasil. Sehingga ke depan neraca perdagangan kita kembali akan surplus," lanjutnya.
Dalam pemaparannya, pada November 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus terhadap beberapa negara.
Baca: BPS: Neraca Perdagangan RI Defisit 2,05 Miliar Dolar AS di Bulan November
Antara lain, pada negara India mengalami surplus sebesar USD 8,07 miliar, terhadap Amerika Serikat surplus sebesar USD 7,8 miliar dan Belanda wurplus sebesar USD 2,42 miliar.
"Sebaliknya dengan Tiongkok, kita defisit yang cukup dalam yaitu USD 18,14 miliar, Thailand defisit USD 4,7 miliar, dan Australia USD 2,82 miliar,” ungkapnya.
Untuk menekan defisit neraca perdagangan tersebut, Suhariyanto mengharapkan program pemerintah dalam mengatasi defisit dapat segera direalisasikan.
"Kita berharap yang sudah ditetapkan pemerintah akan lebih terimplementasi. Karena butuh waktu untuk mengejar ekspor, karena butuh diversifikasi pasar, produk yang kompetitif dan menurunkan biaya logistik," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.