Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

BPS Minta Pemerintah Kendalikan Impor dan Genjot Ekspor

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November sebesar USD 2,05 miliar.

Penulis: Brian Priambudi
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in BPS Minta Pemerintah Kendalikan Impor dan Genjot Ekspor
Tribunnews.com/Syahrizal Sidik
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2019 menjadi suatu kewajaran jika ada pihak yang menyampaikan data untuk kepentingan tertentu. Namun, ia menegaskan, BPS tetap bekerja secara independen, begitu pula dengan data-data yang disampaikan, metodologi penelitian kuantitatif BPS mengenai data kemiskinan telah mengacu pada standar internasional. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November sebesar USD 2,05 miliar.

Membengkaknya neraca perdagangan tersebut dikarenakan terjadi defisit di sektor migas sebesar USD 1,46 miliar serta nonmigas sebesar USD 0,58 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPS Suhariyanto meminta, agar pemerintah lebih gencar mengendalikan impor dan menggenjot ekspor.

"Januari hingga November defisit USD 7,52 miliar. Penyebabnya tidak berbeda, di mana defisit lebih terjadi karena defisit di migas USD 12,21 miliar sementara nonmigas surplus USD 4,6 miliar," ujar Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

"Jadi bisa dilihat pergerakan defisitnya. Tentu kita berharap ke depan bisa menggenjot ekspor dan mengendalikan impor menjadi lebih berhasil. Sehingga ke depan neraca perdagangan kita kembali akan surplus," lanjutnya.

Dalam pemaparannya, pada November 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus terhadap beberapa negara.

Baca: BPS: Neraca Perdagangan RI Defisit 2,05 Miliar Dolar AS di Bulan November

Berita Rekomendasi

Antara lain, pada negara India mengalami surplus sebesar USD 8,07 miliar, terhadap Amerika Serikat surplus sebesar USD 7,8 miliar dan Belanda wurplus sebesar USD 2,42 miliar.

"Sebaliknya dengan Tiongkok, kita defisit yang cukup dalam yaitu USD 18,14 miliar, Thailand defisit USD 4,7 miliar, dan Australia USD 2,82 miliar,” ungkapnya.

Untuk menekan defisit neraca perdagangan tersebut, Suhariyanto mengharapkan program pemerintah dalam mengatasi defisit dapat segera direalisasikan.

"Kita berharap yang sudah ditetapkan pemerintah akan lebih terimplementasi. Karena butuh waktu untuk mengejar ekspor, karena butuh diversifikasi pasar, produk yang kompetitif dan menurunkan biaya logistik," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas