Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Garuda Klaim Tidak Untung Banyak, Meski Tingkat Keterisian Penumpang saat Lebaran Tinggi

Ikhsan mengatakan maskapai tidak mendapat keuntungan besar meski jumlah penumpang banyak.

Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
zoom-in Garuda Klaim Tidak Untung Banyak, Meski Tingkat Keterisian Penumpang saat Lebaran Tinggi
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
BERANGKAT KE JAKARTA-Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 PK- GND membawa penumpang dari Samarinda menuju Jakarta di Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto jalan Poros Samarinda- Bontang, Kalimantan Timur, Selasa ( 20/11/2018). Maskapai Garuda Indonesia bakal tambah frekuensi penerbangan Samarinda-Jakarta_(TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahalnya harga tiket pesawat masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat.

Terakhir, pemerintah memutuskan akan menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat di kisaran 12-16 persen demi memberikan harga tiket yang lebih terjangkau.

VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan menjelaskan kenapa harga tiket pesawat naik, terutama di momen-momen libur nasional seperti lebaran.

Alasan mendasar terkait hukum permintaan dan penawaran, yakni ketika permintaan meningkat harga akan menyesuaikan.

"Jadi sebenarnya begini, kita kan memang melihat itu tergantung demand," ujar Ikhsan saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (15/5/2019)

Selain itu, Ikhsan mengatakan maskapai tidak mendapat keuntungan besar meski jumlah penumpang banyak.

Hal ini dikarenakan, tingkat keterisian penumpang atau load factor tinggi hanya pada penerbangan satu arah.

Berita Rekomendasi

"Bagi Garuda sebenarnya peningkatan penumpang itu bukan membuat kita mendapatkan margin gede. Karena apa? Karena rute-rute keluar Jakarta itu akan penuh," jelas Ikhsan.

"Tapi rute-rute yang kembali ke Jakarta pada hari yang sama, kan kita harus melihat pesawat itu harus dua lap kan. Kalau satu lap-nya misalnya bagus tapi lap pulangnya kosong otomatis kan secara total load factor tidak bagus kan karena kosong. Poinnya di situ," imbuhnya.

Terkait harga tiket yang mahal, Ikhsan menjelaskan maskapai terpaksa memberhentikan diskon ke masyarakat demi memperbaiki kinerja perusahaan.

Menurut dia, selama tiga tahun terakhir pemerintah tidak menyesuaikan tarif batas atas dan tarif batas bawah tiket pesawat.

Padahal, biaya yang dikeluarkan maskapai terus naik akibat kenaikan harga avtur dan nilai tukar dolar AS.

"Dengan situasi itu, sebenarnya struktur cost Garuda itu memang harus bermain di sekitar TBA. Itupun yield (keuntungan) yang kita dapat sekitar 2 persen. Karena memang Ailines marginnya tipis," jelas dia.

Tutup Rute

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas