Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Kata Pengemudi Soal Perang Promo Ojek Online

Per 1 Mei 2019, dua aplikator ojek online, Grab dan Go-Jek telah menerapkan tarif baru tersebut.

Editor: Sanusi
zoom-in Kata Pengemudi Soal Perang Promo Ojek Online
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perhubungan telah Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 Tahun 2019 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan dengan Aplikasi.

Per 1 Mei 2019, dua aplikator ojek online, Grab dan Go-Jek telah menerapkan tarif baru tersebut.

Namun, beredar di media sosial, bahwa naiknya tarif ojol membuat sepi orderan. Masyarakat memilih menggunakan transportasi umum lainnya agar lebih hemat.

Kedua aplikator pun saling bersaing menggaet penumpang dengan memberikan promo. Tapi, benarkah kenaikan tarif tersebut membuat orderan sepi?

Deni (38), salah satu driver Go-Jek menyatakan bahwa sebenarnya kenaikan tarif tak begitu berpengaruh pada pesanan. Ia sendiri tak mengalami sepi pesanan karena tak pernah pilih-pilih permintaan yang masuk. Menurut dia, sepi atau tidaknya orderan tergantung pengemudi sendiri.

Baca: Jelang 22 Mei, Hendropriyono Sebut Kekuatan People Power Pendukung Prabowo Sudah Ompong

Baca: TERPOPULER - Jelang 22 Mei, Amien Rais dan Habib Rizieq Shihab Ditantang 6 Tokoh Relawan Jokowi

"Semakin driver rajin, makin ada orderan dikasih. Apalagi kalau dia tahu titik yang ramai diorder, pasti ada terus (pemesannya)," ujar Deni, kepada Kompas.com.

Deni mengatakan, Go-Jek sempat tiga hari melakukan uji coba tarif baru. Namun, setelahnya kembali ke tarif lama. Ia pribadi mengaku tak mempermasalahkan tarif yang lebih tinggi atau yang berlaku saat ini. Menurut dia, yang erpenting adalah minat masyarakat masih tinggi untuk menggunakan ojek online.

Berita Rekomendasi

Menurut dia, agar persaingan lebih sehat, lebih baik aplikatornya maupun kompetitor menyamaratakan tarif ojol.

"Menurut saya kebijakannya diratain saja. Maksudnya, ketika tarif naik tapi orderan tidak ada kan percuma," kata Deni.

"Mending tarifnya standar tapi orderan ada terus. Kalo customer kan lebih milih tarif yang lebih murah, apalagi ada kompetitor," kata Deni.

Hal senada disampaikan Muhammad Kriswiyanto (39) yang juga driver Go-Jek. Ia sendiri tak mengalami masalah sepinya orderan saat Go-Jek menaikkan tarif. Sebab, menurut dia, ojol sudah menjadi kebutuhan yang tak bisa terlepas dari keseharian masyarakat.

Meski begitu, ia sepakat tarif ojol seharusnya dipukul rata. Jadi antara Grab dan Go-Jek tarifnya setara.

Menurut dia, yang menjadi masalah bukan hanya soal tarif, tapi soal promo. Dia menyebut, promo yang diberikan kompetitor sangat mempengaruhi orderan yang masuk ke aplikasinya.

Dengan adanya promo potongan harga atau bundling paket perjalanan, maka secara otomatis pelanggan akan lari ke kompetitor.

"Kalau disamaratakan promonya sebenernya bisa lebih sejahtera kami (driver)," kata Kriswiyanto.

Oleh karena itu menurut dia, Kemenhub tak hanya mengatur soal tarif, tapi juga promo yang diberikan aplikator ojol. Dengan adanya pengaturan promo yang masuk akal dan tak memberatkan kompetitor, maka kesejahteraan driver lebih merata.

"Jadi tidak ada kecemburuan sosial, tidak ada persaingan tidak sehat antara driver. Kalau seimbang promonya diatur Kemenhub, akan sejahtera driver-nya," kata Kriswiyono.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Perang Promo Ojek Online, Ini Kata Para Pengemudi"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas