TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Balitbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sugihardjo menyebut aspek psikologis menjadi alasan menurunnya jumlah penumpang untuk moda transportasi udara pada Arus Balik Lebaran 2019.

Pernyataan tersebut ia sampaikan pada update terkini terkait informasi Arus Balik Lebaran di Posko Mudik Nasional Kemenhub.

Ia menjelaskan, masyarakat selama ini telah mengalami situasi 'tarif tiket mahal' sebelum masa Mudik Lebaran.

Mahalnya tarif tiket pesawat dirasakan sejak periode normal, bahkan itu juga diterapkan pula pada 'bagasi berbayar'.

Baca: Niat Puasa Syawal Terlengkap Arab, Latin, Terjemahan, Termasuk Tata Cara dan Keutamaannya

Baca: Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Yordania

Ia pun memaklumi jika hal tersebut berdampak pada psikologis masyarakat yang akhirnya membuat angka peminat moda transportasi udara pada Arus Balik Lebaran kali ini menurun.

"Mungkin bisa lebih pada kondisi psikologis ya, atau sebab lain. Sebetulnya kalau masyarakat menilai tarif tiket pesawat mahal, itu memang dirasakan pada periode normal, sebelum Lebaran itu ada kenaikan, bahkan ada bagasi berbayar dan sebagainya," ujar Sugihardjo, di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Minggu (9/6/2019).

Namun ia pun membandingkan pada tarif tiket yang ditawarkan pada Lebaran tahun lalu.

Sugihardjo menilai tarif tiket pesawat yang ditawarkan pada 2018 tergolong murah pada situasi normal.

Meskipun ada kenaikan tarif jelang masa mudik Lebaran hingga mencapai Tarif Batas Atas (TBA).

"Kalau membandingkan pada saat Lebaran, sebetulnya Lebaran tahun lalu, waktu normal murah, pas Lebaran ke arah batas atas," jelas Sugihardjo.

Sedangkan untuk Lebaran tahun ini, tarif tiket pesawat memang mencapai TBA namun dianggap lebih murah karena pemerintah telah memangkas TBA.

Sehingga seharusnya tidak tergolong mahal untuk tarif tiket pesawat pada masa Mudik dan Arus Balik Lebaran 2019.

"Hal ini juga sama, Lebaran dijual batas atas, seharusnya Lebaran 2019 lebih murah karena batas atas sudah turun 15 persen," kata Sugihardjo.