Harga Tiket Pesawat Mahal, BPS Catat Okupansi Hotel Turun 3,5 Persen
kontribusi kenaikan harga tiket pesawat terhadap tingkat inflasi selama periode Ramadhan dan Lebaran 2019 cukup tinggi
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan harga tiket pesawat dalam beberapa bulan terakhir turut berdampak pada tingkat okupansi hotel. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan adanya penurunan tingkat okupansi hotel sebanyak 3,5 persen dari 57,4 persen tahun sebelumnya menjadi 53,9 persen tahun ini.
"Okupansi hotel turun signifikan dari 57,4 ke 53,9. Jadi dampaknya agak signifikan," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam Rapat Kerja bersamaKomisi XI DPR RI terkait Asumsi Makro RAPBN 2020 di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (17/6/2019).
"Tapi saya percaya pemerintah akan mencari jalan terbaik untuk mengatasi itu," tambahnya.
Suhariyanto menjelaskan, kontribusi kenaikan harga tiket pesawat terhadap tingkat inflasi selama periode Ramadhan dan Lebaran 2019 cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca: Walau Telah Merintih Kesakitan, Pelaku Tetap Lanjutkan Menyodomi Korbannya
Biasanya, rata-rata sumbangan kenaikan tarif tiket pesawat pada periode Ramadhan dan lebaran sebesar 2 persen hingga 4 persen terhadap inflasi.
"Tapi mulai Januari 2019 andil angkutan udara ke inflasi cukup besar, dan pada Mei 2019 sudah mencapai 9 persen, lebih dari 2 kali lipat," jelasnya.
Sebelumya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatatkan, jumlah penumpang pesawat selama masa angkutan lebaran 2019 yakni selama 29 Mei-13 Juni menurun sebanyak 27,37 persen dibandingkan periode arus mudik dan arus balik tahun lalu.
Total jumlah pemudik yang diangkut menggunakan pesawat 3.522.585, lebih rendah dibandingkan total jumlah pemudik angkutan udara tahun 2018 sebanyak 4.850.028.
Baca: BPS: Mei 2019 Harga Gabah dan Beras Turun, NTP Naik
Kepala Badan Litbang Perhubungan Sugihardjo mengatakan, penurunan jumlah pesawat disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, sebagian masyarakat di Pulau Jawa aberalih ke moda transportasi darat salah satunya karena beroperasinya tol Trans Jawa.
Sementara masyarakat luar Jawa juga banyak yang menggunakan kapal laut.
Hal ini tercermin dari pemudik yang menggunakan angkutan jalan naik 11,9 persen, penyeberangan baik 0,43 persen, kereta api naik 6,62 persen, dan yang menggunakan angkutan laut naik 8,77 persen dibandingkan tahun lalu.
"Wilayah Jawa turunnya memang pengaruh peningkatan moda jalan, baik tol maupun angkutan umum serta kereta api. Yang antar pulau penurunannya karena CSR BUMN cukup membantu angkutan laut," jelas dia di gedung Kemenhub, Jumat (14/6/2019).