Kemenperin Optimistis Ekspor Mobil Tembus 1 Juta Unit Pada 2025
Kementerian Perindustrian optimistis jumlah ekspor mobil produksi Indonesia akan mencapai 1 juta unit pada tahun 2025
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
“Catatan impor otomotif Indonesia pada tahun 2018 sekitar 90.000 unit, terus menurun dari catatan tahun sebelumnya. Selain itu, berdasarkan data yang dirangkum Gaikindo, ekspor mobil utuh atau CBU sepanjang 2018 tumbuh 14,4 persen atau mencapai 264.500 unit. Pencapaian tersebut adalah yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Kendaraan-kendaraan dari produksi Indonesia itu telah diekspor ke-80 negara yang mencakup ASEAN, Asia, Afrika, negara-negara Amerika bahkan Jepang. Berikutnya, pada tahun 2019, Gaikindo akan mengupayakan angka ekspor dapat mencapai 300.000 unit.
“Dimulai pada tahun 2019 ini dan ke depannya, Gaikindo dengan dukungan dari pemerintah, agen pemegang merek dan prinsip merek akan terus mendorong dan mengembangkan ekspor otomotif. Data Bank Indonesia menyebutkan di tahun 2017 nilai ekspor otomotif menduduki posisi kedelapan komoditas ekspor unggulan nonmigas Indonesia dengan mencapai nilai USD7,1 miliar,” paparnya.
Investasi Rp 50 Triliun
Menurut Airlangga, sudah ada dua pabrikan besar yang siap untuk berinvestasi di Indonesia khususnya di sektor kendaraan listrik dengan nilai total investasi mencapai Rp 50 triliun untuk lima tahun mendatang. Salah satunya perusahaan tersebut telah berkomitmen bahwa dari 50 persen produksinya untuk mengisi pasar ekspor.
“Kemudian, mereka juga ingin membangun basis produksi kendaraan listrik di Indonesia dengan nilai investasi sebesar USD 2 miliar, dan ada beberapa perusahaan komponen penunjang seperti baterai juga akan ada investasi baru. Apalagi, Indonesia punya bahan bakunya. Selain itu, pemerintah telah memberikan tax holiday untuk sektor ini,” ungkapnya.
Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas PP Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan. Perubahan ini didasarkan upaya pemerintah untuk mendorong investasi pada industri padat karya, keterlibatan industri dalam penyiapan SDM yang berkualitas, dan industri melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan peraturan tersebut, Pemerintah memberikan insentif pajak sebesar pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 200 persen dari jumlah biaya yang dikeluarkan industri dalam menyelenggarakan kegiatan praktik kerja, pemagangan, dan/atau pembelajaran dalam rangka peningkatan SDM berbasis kompetensi tertentu.
Selain itu pemerintah juga memberikan insentif serupa dengan nilai maksimal 300 persen dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia.
“Melalui upaya-upaya tersebut, kami meyakini akan menjadi daya tarik bagi industri yang berbasis inovasi, sehingga akan memberikan efek positif bagi industri kita, termasuk memotivasi industri untuk terus mengembangkan nilai ekspor Indonesia, serta menjadikan Indonesia sebagai basis produksinya,” ujar Airlangga.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan, industri otomotif di Indonesia terlihat semakin berkembang seiring dengan peningkatan perekonomian, khususnya di kota-kota besar. Ini juga tercemin dari tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk membeli mobil.
“Industri otomotif juga dinilai sebagai sektor yang dinamis dalam banyak hal, seperti teknologinya, modelnya, harganya, dan juga cara pemakaiannya terus berkembang. Yang sekarang sedang berkembang, yaitu mobil listrik. Ini dibutuhkan kesiapan dari produsen dan masyarakatnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah terus mendukung pengembangan industri otomotif, baik itu dalam menerbitkan regulasi maupun mendorong tumbuhnya sektor hulu seperti industri baja.
“Berikutnya, dalam upaya meningkatkan ekspor, selain melalui kerja sama yang terus ditingkatkan, pembangunan infrastruktur juga penting seperti Pelabuhan Patimban yang akan menyediakan car terminal yang ukurannya cukup besar,” imbuhnya
Wapres mengakui industri otomotif memiliki efek berganda yang luas terhadap perekonomian, mulai dari tumbuhnya industri penunjang dan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak.
“Jadi, melalui pameran GIIAS ini membuktikan bahwa indikasi kemajuan suatu negara juga diukur dari perkembangan industri otmotif,” tandasnya.