Bukukan Peningkatan Laba Bersih, Ini Rencana Kerja ZINC Tahun Ini
Harjanto mengungkapkan, raihan tersebut antara lain didukung oleh penemuan kadar perak yang lebih tinggi dalam konsentrat.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) membukukan peningkatan penjualan dan laba bersih pada semester I 2019.
Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, ZINC mencatatkan peningkatan penjualan menjadi Rp 433 miliar atau naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang sebesar Rp 373 miliar.
Peningkatan penjualan itu berdampak pada raihan laba bersih setelah pajak yang juga naik. Sepanjang semester I-2019, ZINC meraup laba bersih sebesar Rp 113 miliar atau naik 36,5% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 83 miliar.
"Hasil pertumbuhan penjualan untuk pertengahan tahun pertama sesuai dengan harapan dan estimasi target kami," ungkap Direktur Utama ZINC Harjanto Widjaja dilansir Kontan, Rabu (24/7).
Harjanto mengungkapkan, raihan tersebut antara lain didukung oleh penemuan kadar perak yang lebih tinggi dalam konsentrat.
Harjanto bilang, kadar perak di dalam konsentrat pada tahun 2018 hanya berada di kisaran 1200 ppm per ton, sementara pada tahun ini naik menjadi 2 500 ppm per ton konsentrat.
Harjanto juga menyampaikan bahwa ZINC memiliki target hasil penjualan konsentrat sebesar Rp 890 miliar dan tambahan penjualan dari pabrik smelter timbal sekitar Rp 300 miliar sampai dengan akhir tahun 2019.
Adapun, ZINC menargetkan bisa mulai mengoperasikan pabrik pemurnian konsentrat timbal sekitar bulan September-Oktober 2019.
"Proses finalisasi masih terus berjalan sesuai dengan target perencanaan kami," imbuh dia.
ZINC juga akan melanjutkan pembangunan pabrik pemurnian konsentrat seng yang berlokasi di Pangkalan Bun.
Pabrik pemurnian seng tersebut akan menjadi pabrik pemurnian konsentrat seng pertama di Indonesia dengan kapasitas 30,000 ton ingot per tahun.
Proses pembangunan hingga September 2019 ditargetkan mencapai sekitar 45%. Jika target ini dapat terealisasi, kata Harjanto, maka bea keluar yang dibayarkan oleh ZINC dapat turun dari 7,5% menjadi 5% untuk tahun ini.
"Penurunan bea keluar sebesar 2,5% akan memberikan kontribusi positif terhadap laba bersih ZINC secara langsung," sebut Harjanto.
Di sisi lain, Harjanto menerangkan saat ini pihaknya sedang intensif menggalang dana dengan pihak perbankan asing dengan total target pendanaan sampai dengan US$ 120 juta.
Penggalangan dana itu dimaksudkan untuk menambah infrastruktur dan alat-alat berat baru guna mendukung peningkatan kapasitas produksi. Harjanto menyebut, ZINC akan meningkatkan kapasitas pengambilan bahan tambang dari 1.500 ton per hari menjadi 3.000 ton per hari pada tahun 2020 dan 4.000 ton per hari pada tahun 2021.
"Kami mengharapkan penggalangan dana ini bisa terealisasi sebelum akhir tahun 2019 ini. Dampaknya, tentu akan meningkatkan penjualan kami secara signifikan," jelas Harjanto.
Sementara itu, dengan izin kehutanan yang sudah dikantongi sejak tahun 2018, Harjanto menuturkan ZINC akan terus memperluas kegiatan eksplorasi dari area seluas 390 hektare (ha) sejak tahun 2007, menjadi 1.500 ha.
"Kami optimistis bahwa dari hasil eksplorasi ini akan menambah cadangan logam dasar yang berupa timbal, seng, bijih besi, perak, emas dan tembaga," kata Harjanto. (*)