MAPAN Sebagai Pintu Masuk Masyarakat Menjadi Melek Keuangan dalam Indonesian Development Forum 2019
Melalui sistem Arisan yang diperkenalkan MAPAN, terbukti 3 Juta masyarakat Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya dengan melakukan perencanaan keuangan
Editor: Content Writer
Pesatnya perkembangan teknologi digital memunculkan banyak peluang bagi masyarakat untuk semakin inovatif dan produktif.
Peningkatan produktivitas masyarakat ini dinilai bisa mendukung pertumbuhan ekonomi yang menjadi cita-cita pemerintah, dimana tahun 2024 pemerintah melalui Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6.5%.
Dalam acara Indonesian Development Forum (IDF) tahun ini, Bappenas mengusung tema Mission Possible: Seizing the Opportunities of Future Work to Drive Inclusive Growth, guna mencari solusi atas tantangan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
Tahun ini, MAPAN, perusahaan yang memiliki misi untuk meningkatkan akses, derajat, dan pendapatan masyarakat berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi Pasar Ide dan Inovasi (IDEAS).
Melalui sistem Arisan yang diperkenalkan MAPAN, terbukti 3 Juta masyarakat Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya dengan melakukan perencanaan keuangan yang didasarkan pada edukasi, perubahan perilaku, dan dukungan komunitas.
“Kita semua menyadari cita-cita pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah hal yang besar yang harus kita dukung penuh. Untuk memulainya, MAPAN percaya bahwa setiap individu juga bisa ikut berkontribusi, paling tidak untuk perekonomian keluarganya. Dengan memperkenalkan sistem arisan, seluruh anggota kami jadi punya kesempatan yang sama untuk belajar mengelola kebutuhan sebagai landasan pertama untuk mencapai inklusi finansial,” cerita Mahpudz Effendi - Chief of Marketing MAPAN saat menjadi pembicara di Indonesian Development Forum 2019, JCC (23/7).
Hasil riset internal MAPAN terhadap anggotanya mendapatkan temuan menarik, salah satunya mengenai pengeluaran anggotanya dimana 50% anggota masih melihat uang hanya sebagai spending tool dan hanya 10% dari mereka yang memiliki rekening bank.
Selebihnya, masih menyimpan uang di bawah bantal, celengan di rumah, menabung di sekolah, hingga menabung di pengajian karena alasan kenyamanan dan kemudahan untuk mengambil uang tersebut saat dibutuhkan.
Berangkat dari data tersebut, MAPAN menerapkan 3 kunci utama yang digunakan dalam menjembatani inklusi finansial, yaitu memberikan pengetahuan yang relevan, sedikit demi sedikit mengubah kebiasaan masyarakat, dan terakhir mendorong masyarakat untuk melakukannya bersama melalui dukungan komunitas yang kuat.
“Dari sana, awal Arisan MAPAN dibentuk sangat sederhana; bagaimana dengan arisan bisa merencanakan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan. Dengan pengetahuan dan kebiasaan untuk melakukan perencanaan bersama-sama dengan komunitas MAPAN, menjadi titik awal masyarakat untuk bisa belajar lebih mengenal cara mengelola keuangan hingga nantinya punya akses ke produk-produk keuangan,” jelas Mahpudz.
Dalam konferensi internasional Bappenas yang ketiga ini, hadir perwakilan dari akademisi serta organisasi non-profit yaitu Universitas Trisakti, Asian Venture Philanthropy Network, dan United Nations Economic and Social Commissions for Asia and the Pacific, yang turut berbagi gagasan bertema Innovate Fostering Social Enterprise ini.
Untuk terus mendukung produktivitas masyarakat dan memperluas dampak sosial di masyarakat, MAPAN tidak hanya mengajarkan cara mengelola keuangan, tapi juga mengajak 3 juta anggotanya untuk memulai usaha rumahan yang dengan barang-barang Arisan MAPAN.
Saat ini, 1 dari 10 anggota MAPAN juga membeli peralatan untuk mendukung usaha rumahan yang perlahan mereka rintis, mulai dari peralatan masak hingga peralatan menjahit. Sehingga dengan meningkatnya penghasilan anggota, mereka juga dapat mulai memanfaatkan layanan keuangan lainnya.
“Kami juga melihat potensi besar yang dimiliki anggota Arisan MAPAN dengan melihat data bahwa 60% Ketua Arisan kami merupakan bagian dari generasi millenial yang bisa dikatakan sangat cepat dalam mengadopsi teknologi. Potensi ini harus bisa kita berdayakan untuk bisa menyebarkan lebih lanjut tentang solusi ini. Lewat MAPAN, kami percaya teknologi bisa mempercepat perubahan menuju kesejahteraan masyarakat,” tutup Mahpudz.(*)