Gara-Gara Gagal Bayar Duniatex, OJK dan Bankir Awasi Potensi Kredit Macet di Semester II
Kasus gagal bayar utang perusahaan tekstil Duniatex mulai dicermati OJK dan para bankir.
Penulis: Hasbi Maulana
Perbankan mulai mencermati adanya potensi peningkatan rasio kredit macet alias non performing loan (NPL) di semester II 2019. Apalagi setelah kasus gagal bayar utang Duniatex mencuat.
Salah satu dicermati adalah masalah kemampuan likuiditas PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT), anak usaha Duniatex, dalam memenuhi kewajiban pinjaman sindikasi senilai US$ 5 juta pada September 2019 mendatang dan pembayaran bunga obligasi sebesar US$ 13 juta dari obligasi yang diterbitkan senilai US$ 300 juta.
Jika dirinci, pinjaman bank tersebut terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp 1,82 triliun, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo Rp 485,3 miliar dan utang jangka panjang Rp 2,93 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana mengatakan pihaknya terus mengamati hal tersebut. Namun, sejauh ini OJK menilai iklim industri Tanah Air masih positif.
"Itu masalahnya kan di masing-masing perusahaannya, tapi tetap dicermati pengaruhnya terhadap bank. Sejauh ini tidak mengganggu kinerja bank secara umum," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/7).
Menurut OJK, setiap bank memiliki cara tersendiri untuk memitigasi risiko termasuk pemupukan pencadangan dan restrukturisasi.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja juga ikut bicara. Menurutnya, kasus yang menimpa Duniatex tidak mencerminkan kondisi secara industri. Meski begitu, menurut beberapa debitur BCA industri tekstil memang terpapar dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Terutama dari harga produksi tekstil yang sangat fluktuatif. "Tapi tidak bisa dibilang industrinya jelek, tergantung individual perusahaan," tuturnya.
Melihat adanya potensi pelemahan di sejumlah sektor, Jahja menuturkan pihaknya menjadi lebih berhati-hati menyalurkan kredit di semester II 2019. Namun, BCA memastikan tidak ada sektor yang saat ini dihindari.
Sebab, perseroan sudah punya beragam amunisi untuk menepis potensi NPL. Salah satunya, rasio pencadangan yang dijaga tinggi sebesar 183,7% di bulan Juni 2019.
Adapun, hingga kuartal II 2019 BCA berhasil menjaga NPL stabil di level 1,4% dan diramal bertahan sampai akhir tahun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.