Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Analis Prediksi Harga Minyak akan Masih Turun

Dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti emas atau palatinum, harga minyak cenderung kalah.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Analis Prediksi Harga Minyak akan Masih Turun
MERAHPUTIH.COM
Fasilitas kilang minyak 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan harga minyak pada perdagangan awal pekan (29/7) bisa dimanfaatkan pelaku pasar untuk mulai membeli saat menyentuh harga terendah atau buy on weakness. 

Apalagi, kalau berkaca dari data Bloomberg Senin (29/7), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange sempat turun ke level terendah US$ 55,91 per barel pada 15:26 hari ini. Untungnya pada 19:23 WIB harga minyak mulai merangkak naik lagi 0,12% ke level US$ 56,27 per barel.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, dibandingkan pergerakan mayoritas foreign exchange (forex) seperti USD, pergerakan harga minyak cenderung masih stabil.

Meskipun, kalau dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti emas atau palatinum, harga minyak cenderung kalah.

"Untuk rentang harga minyak rata-rata berada di area US$ 50 per barel hingga US$ 60 per barel," kata Wahyu kepada Kontan, Senin (29/7).

Sebelumnya, dia menjelaskan harga minyak sempat melonjak seiring dengan rencana pemangkasan produksi dari negara-negara pengekspor minyak (OPEC).

Baca: Terpapar Tumpahan Minyak, Petani Garam Karawang Seminggu Tak Beroperasi, Rugi Rp 700 Jutaan

Selain itu, ketegangan geopolitik Iran dan tren pelonggaran moneter yang bakal dilakukan beberapa bank sentral dunia, khususnya The Federal Reserve (The Fed) sempat memberikan sentimen positif dan mendorong harga minyak naik. 

Berita Rekomendasi

Namun, kecemasan pelaku pasar akan pelambatan ekonomi global yang bakal diakibatkan sentimen perang dagang antara AS dan China dianggap cukup mengganggu pergerakan harga minyak.

Wahyu menilai, saat ini pasar cenderung pesimis terhadap prospek harga minyak, khususnya adanya risiko resesi global yang dianggap mampu menekan permintaan akan minyak

Meskipun begitu, ketegangan geopolitik antara AS dengan Iran diprediksi bakal selesai dalam waktu dekat, dengan kemungkinan Iran bisa mengekspor lebih banyak minyak ke depannya.

Di sisi lain, pasokan minyak dinilai lebih tinggi ketimbang permintaan di 2020 mendatang, sementara Arab Saudi dan Kuwait masih menegosiasikan kelanjutan produksi di ladang minyak Khafji dan Wafra.

"Belum ada sentimen kuat untuk saat ini, belum ada cukup sentimen positif untuk mendorong harga minyak. Meskipun sentimen geopolitik masih jadi pertimbangan, tapi belum cukup," ungkap Wahyu.

Apalagi, persediaan minyak EIA terus dipangkas dalam beberapa pekan terakhir, khususnya untuk minyak mentah.

Baca: Tanggapi Kabar Alat Deteksi Gempa Dicuri Bocah SMP, BMKG Unggah Cuitan yang Bikin Warganet Gemas

Langkah tersebut dipilih sebagai langkah antisipasi melambatnya permintaan akibat pelambatan ekonomi global.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas