The Hotel Week 2019 Ulas Daya Saing Sektor Hospitality Indonesia
Acara akan dibuka oleh Asisten Deputi SDM Pariwisata dan Lubungan Antar Lembaga Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya.
Editor: Hasanudin Aco
![The Hotel Week 2019 Ulas Daya Saing Sektor Hospitality Indonesia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/perhotelan.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CNG Events, perusahaan penyelenggara acara pameran dan konferensi berbasis business-to-business (B2B), kembali menggelar acara "The Hotel Week Indonesia" di Jakarta Convention Center.
Mengangkat tema "Sustainable, Beyond Hospitality: The Next 5 Years", acara yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 September 2019 di Jakarta Convention Center di Jakarta, direncanakan akan dibuka oleh Asisten Deputi SDM Pariwisata dan Lubungan Antar Lembaga Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya.
Selain menghadirkan lebih dari 350 ekshibitor dari industri pariwisata dan perhotelan, acara ini juga menyuguhkan rangkaian acara diskusi yang padat dari pelaku disektor pariwisata dan perhotelan.
CNG Events menargetkan 12,000 pengunjung pada perhelatan yang diadakan selama tiga hari tersebut. Tahun ini merupakan tahun ke tiga penyelenggaraan acara The Hotel Week.
Wakil Ketua Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, yang juga merupakan salah satu pembicara di acara The Hotel Week, mengatakan masih banyak pekerjaan rumah Indonesia untuk menjadikan industri pariwisata salah satu prioritas sektor andalan pemerintah.
"Dulu pemerintah menargetkan bisa menjaring 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Namun itu belum berhasil. Kalau kita lihat perkembangannya kelihatannya tidak akan sampai targetnya," kata petinggi PHRI, yang akrab disapa Alan ini.
"Lalu juga ada program wisatawan nusantara sampai 275 juta, itu pun terkendala berbagai hal, diantarnya harga tiket yang naik. Seharusnya kita harus lihat apa saja kendalanya dan dievaluasi," kata Alan.
Alan menyoroti pentingnya pemerintah memperbaiki data terkait sektor pariwisata, menyelesaikan banyak regulasi bermasalah dan membantu pihak swasta untuk bisa meningkatkan kualitas SDM disektor ini.
"Data wisatawan belum bisa memotret secara akurat wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata yang menggunakan jalur darat dan laut. Merujuk data Badan Pusat Statistik, wisatawan mancanegara misalnya hanya menghitung dari jumlah pergerakan orang dari bandara," ujarnya.
"Ada daerah yang sering dikunjungi, tapi terlihat seolah-olah tidak pernah dikunjungi," kata Alan.
Selain itu, Alan menyoroti banyak peraturan yang hingga kini makin memberatkan pengusaha dan operator hotel.
“Mulai dari Sertifikat Laik Operasi, Sertifikat Laik Fungsi dan lain-lain, belum lagi peraturan lingkungan hidup tentang Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dimana peraturan itu dibuat belum siapkan infrastrukturnya sehingga berdampak bagi dunia usaha menjadi biaya tinggi,” ujarnya.
Alan juga menyoroti masalah SDM di sektor pariwisata.
“Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Disitu diatur mengenai sertifikasi usaha dan kompetensi kerja. Dulu saat ramai tentang Masyarakat Ekonomi Asean, pemerintah gencar mengkampanyekan tenaga kerja yang tersertifikasi yang diakui Asean. Program ini tidak berjalan secara efektif,” ujarnya.
Pengusaha perhotelan juga dihadapkan pada dilema untuk mensertifikasi para karyawannya. “Kesadaran para karyawan mensertifikasi keahlian mereka masih rendah,” ujarnya.
Jerry Hermawan Lo, pemilik hotel JHL Solitaire yang di manage oleh Dvaree Collection, mengatakan ada empat faktor yang bisa membuat Indonesia “nyaman” dikunjungi turis dan dibanjiri investasi.
Dia mengatakan pertama, tentunya negara harus menyediakan infrastruktur yang memudahkan mobilitas orang, lalu meningkatkan kualitas SDM, memberi kepastian hukum dan kemudahan buat investor.
“Secara keseluruhan iklim investasi masih tetap bagus dan menarik. Jika keempat hal tersebut bisa diperbaiki, tentunya Indonesia akan lebih menarik untuk turis dan investor,” ujarnya.
Acara The Hotel Week juga menghadirkan berbagai narasumber dari sektor pariwisata, diantaranya Ketua DPP Nawacita Pariwisata Indonesia (NCPI) I Gusti Kade Sutawa, pemilik hotel, eksekutif di industri perhotelan, asosiasi terkait industri perhotelan, konsultan internasional disektor perhotelan, dan juga akademisi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.