Pabrik Continous Coating Line Tata Metal Lestari Resmi Beroperasi
Berstandar industri 4.0. Mesin produksi PT Tata Metal Lestari beroperasi secara otomatis, berbasis teknologi DNA (Device, Network, Application).
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Pabrik baru PT Tata Metal Lestari, produsen baja lapis aluminium seng (BJLAS) dengan merek Nexalume, diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pasokan baja lapis di dalam negeri dan pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Indonesia.
Pabrik yang dibangun dengan total investasi sebesar Rp 1.5 triliun di Kawasan Industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi ini memiliki kapasitas produksi sebesar 225.000 ton per tahun.
CFO PT Tata Metal Lestari, Wulani Wihardjono mengatakan, pabrik yang baru resmi beroperasi Rabu (9/10/2019) ini memproduksi baja anti-karat.
Ia berharap, dengan teknologi dan mesin yang baru di pabrik tersebut, selalu membawa perbaikan-perbaikan untuk produk itu sendiri.
Disebutkan, pabrik continous coating line PT Tata Metal beroperasi dengan mesin yang canggih dan modern.
Berstandar industri 4.0. Mesin produksi PT Tata Metal Lestari beroperasi secara otomatis, berbasis teknologi DNA (Device, Network, Application).
Teknologi ini menjamin tingkat akurasi, kecepatan dan standar yang konsisten bagi semua produk yang dihasilkannya.
Berbeda dari pabrik sejenis lainnya, mesin PT Tata Metal Lestari mampu memproduksi hingga ketebalan 2.5 mm.
“Harapannya bahwa Indonesia bebas dari semua barang-barang (baja) yang berkarat. Jadi nantinya kita tidak melihat adanya baja-baja yang berkarat walaupun itu padat, semuanya. Sehingga terlihat begitu indah. Sehingga berdampak pada produk yang awet dan juga aman dan tidak melukai (pengguna). Untuk produk baja itu sendiri jadi lebih awet bisa tahan 5-10 tahun,” ujarnya.
Selain itu, pendirian pabrik Tata Metal ini juga diharapkan bakal mampu menjadi bagian dari rantai pasok dalam negeri bahkan tingkat ASEAN, serta memberikan efek ganda bagi perekonomian Indonesia melalui peningkatan terhadap nilai tambah dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan negara dari ekspor.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari yang hadir dalam peresmian berharap beroperasinya pabrik ini bisa berkontribusi terhadap pasokan baja lapis di dalam negeri.
Dia mengatakan, setiap tahunnya dibutuhkan 1,5 juta ton baja lapis zinc aluminium di Indonesia.
“Seperti kita ketahui, sebenarnya untuk pembangunan perumahan kita masih memerlukan (BJLAS-red) untuk infrastuktur itu kita masih butuh banyak baja ringan tersebut. Seperti minggu lalu kita sudah kumpul antara produsen dari baja lapis dan former. Former itu yang baja rangka atap baja ringan, dan genteng atap metal. Itu diperlukan 1,5 juta ton per tahun,” terang Dini.
Dini menjelaskan, kebutuhan BJLAS setiap tahunnya belum dapat dipenuhi produsen dalam negeri.
Ia mengatakan, suplai dari 5 produsen BJLAS di Indonesia, yang semuanya tergabung dalam IZASI (Indonesia Zinc Aluminum Steel Industries), baru mencapai sekitar 1,275 ton per tahun.
Jumlah itu sendiri, Dini menjelaskan, sudah termasuk dengan hasil produksi dari pabrik continuous line PT Tata Metal Lestari yang baru resmi beroperasi hari ini.
“Jadi kita harapkan dengan Tata Metal Lestari ini inves di sini itu kan sudah termasuk hitungan kami yang 1,275 ton yang bisa disuplai di Indonesia. Kita harapkan ini akan terus berlangsung jadi memang Tata Logam yang roll formernya dan investasi lebih ke hulu dengan bahan baku dari Tata Metal Lestari. Kita harapkan semuanya terintegrasi. Ibaratnya pendalaman struktur lah seperti itu,” kata Dini.