Menko Airlangga Jawab Kecurigaan Asing Terkait Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Airlangga menambahkan, pertumbuhan sektor perdagangan sebesar 13,02 persen juga lebih tinggi dari kuartal tahun sebelumnya.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjawab kecurigaan analis asing terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2019 masih bisa di level 5 persen.
Airlangga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil 5 persen didorong konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh 2,69 persen, jadi penyumbang terbesar terhadap PDB.
Baca: Kuartal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,02 Persen, Tapi Disokong oleh Sektor Konsumsi
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Cuma 5 Persen, Wakil Menteri Keuangan Salahkan Faktor Global
Baca: LSI Sebut Peluang Airlangga Hartarto di Munas Golkar Makin Kuat
"Kita lihat dari sisi konsumsi domestik masih kuat. Kemudian, dari segi investasi masih bagus," ujarnya dalam acara Indonesia Banking Expo 2019 di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Selain itu, Airlangga menambahkan, pertumbuhan sektor perdagangan sebesar 13,02 persen juga lebih tinggi dari kuartal tahun sebelumnya.
"Industri perdagangan naik dibanding kuartal yang sama tahun kemarin. Ada kenaikan sedikit," katanya.
Beberapa faktor fundamental tersebut diyakini cukup untuk mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga diatas 5 persen.
"Menurut saya beberapa faktor fundamental yang membuat kita punya daya tahan terhadap penurunan perekonomian secara keseluruhan (global)" pungkasnya.
Sebelumnya, Trinh Nguyen, seorang ekonom dari Natixis SA di Hong Kong, juga mempertanyakan angka-angka tersebut dalam sebuah postingannya di Twitter.
"Saya tidak tahu bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang lama. Tetapi Indonesia mengalami hal itu," katanya seperti yang dikutip Bloomberg.
"Pengeluaran pemerintah lemah, investasi melambat, dan impor juga mengalami pelemahan."
Sementara, ANZ menggambarkan perkiraan pertumbuhan 5,02 persen sebagai pertumbuhan yang "lamban".
"Meskipun data menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi telah stabil, namun data penjualan ritel bulanan dan sinyal kepercayaan konsumen yang melambat menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi swasta telah menurun," tulis ANZ dalam catatan kepada klien pada hari Jumat akhir pekan lalu.
ANZ menjelaskan, pada dua kuartal pertama tahun ini, tingkat konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah PDB Indonesia, didorong oleh pengeluaran terkait pemilu. Nah, kini, pengeluaran tersebut telah mengering di kuartal ketiga.