Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Menurun, Sinyal Buat Pemerintah Siapkan Mitigasi Risiko
Dengan realitas tersebut, pemerintah perlu segera melakukan mitigasi risiko atas perlambatan ekonomi global
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019 dimana produk domestik bruto Indonesia tumbuh sebesar 5,02% (yoy).
Pertumbuhan ini melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,05%, juga melambat dibandingkan kuartal yang sama pada tahun lalu yang tumbuh 5,17%.
Atas capaian kinerja ekonomi pada kuartal III 2019 yang lebih rendah dari kuartal sebelumnya, anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Demokrat, Marwan Cik Asan menilai hal itu menjadi sinyal bagi pemerintah yang mengindikasikan perekonomian Indonesia sedang dalam kondisi tertekan dan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Marwan mencermati, melambatnya kinerja ekonomi pada kuartal III 2019 ditunjukkan dari menurunnya pertumbuhan beberapa sektor penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi, yaitu sektor industri pengolahan yang hanya tumbuh 4,15 persen melambat dari periode yang sama tahun lalu 4,35 persen.
Kemudian, sektor pertanian sebagai penyumbang kedua dalam struktur PDB nasional. Pada kuartal III, sektor pertanian tumbuh 3,08 persen atau masih lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang tumbuh 3,66 persen.
Selanjutnya, sektor perdagangan tumbuh 4,75%. Capaian tersebut masih lebih rendah dari kuartal III 2018 sebesar 5,28%.
Sektor konstruksi tumbuh 5,65% pada kuartal III 2019 dan masih lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang mencapai 5,79%.
"Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah antisipasi untuk mewaspadai potensi terjadinya resesi seperti yang mulai menghampiri beberapa negara pada tahun ini. Diperkirakan bahwa sampai dengan akhir tahun 2019 kinerja perekonomian hanya akan tumbuh 5,01 persen, bahkan beberapa lembaga internasional lebih pesimis dengan perkiraan 4,9 persen," kata Marwan Cik Asan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/11/2019).
Dia melihat, dari sisi pengeluaran, sektor-sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian juga mengalami penurunan.
Dimulai dari sektor rumah tangga yang hanya tumbuh 5,01 persen atau lebih rendah dari kuartal II yang tumbuh sebesar 5,05 persen. Selanjutnya investasi yang hanya tumbuh 4,21 persen atau melambat dibandingkan kuartal III 2018 sebesar 6,98 persen.
Konsumsi pemerintah,juga hanya tumbuh 0,98 persen dibanding kuartal III 2018 di kisaran 6 persen. Untuk ekspor hanya tumbuh sebesar 0,08 persen dan impor juga mengalami kontraksi.
"Dengan realitas tersebut, pemerintah perlu segera melakukan mitigasi risiko atas perlambatan ekonomi global, dinamika perang dagang Amerika Serikat dengan China yang terus berlangsung, serta perkembangan geopolik saat ini. Penguatan ekonomi domestik merupakan langkah antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengimbangi dampak resesi ekonomi global," katanya.
"Penguatan ekonomi domestik dilakukan dalam rangka mengamankan kinerja konsumsi rumah tangga sebagai penopang utama perekonomian Indonesia. Program pemerintah perlu diarahkan untuk menstimulus penguatan daya beli masyarakat yang saat ini sedang lesu, khususnya masyarakat kelas bawah yang sangat rentan terhadap penurunan daya beli akibat gejolak harga pangan dan kebutuhan pokok," ujar Marwan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.