TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Disrupsi teknologi telah merubah tatanan industri dan perekonomian Indonesia, termasuk ranah periklanan dan pemasaran.

Perkembangan teknologi digital telah merubah juga perilaku masyarakat dalam penggunaan media.

Pelaku bisnis, termasuk advertising agency maupun creative agency perlu untuk melakukan berbagai adaptasi menyesuaikan bisnisnya.

“Di tengah era teknologi 4.0, Industri periklanan perlu untuk semakin smart dalam menyusun strategi komunikasi dengan konsep kreatif yang menarik dengan pemilihan media yang tepat,” Ujar Wahab Afwan, Managing Director, FPG Indonesia di Jakarta, Rabu (27/11/2018).

Baca: Peserta Latsar CPNS Harus Miliki Inovasi Tinggi di Era Disrupsi

Saat ini dalam hal konsumsi media, masyarakat saat ini sudah mulai terbiasa melakukan bauran konsumsi media konvensional dan sosial media, seperti menonton siaran langsung televisi sembari mengupdate status.

Hal ini merupakan tantangan bagi dunia kreatif, bagaimana membuat karya iklan bisa mencuri perhatian audience dan pesannya sampai.

“Selain kreativitas, pemilihan media yang tepat juga perlu mempertimbangkan perubahan perilaku dari media konvensional ke media digital," katanya.

Baca: Talenta Unik Insan Periklanan Indonesia Unjuk Gigi di Selebrasi Citra Pariwara 32

Saat ini, kata dia jika tertarik dengan produk tertentu melalui aplikasi, maka perangkat logaritma akan terus mengikuti kita dengan produk atau hobi yang sesuai.

Hal ini menjadi tantangan bagi insan periklanan di Indonesia agar terus tumbuh,” kata Afwan.

Berdasarkan catatan Nielsen, September lalu, angka belanja iklan di media TV, Cetak dan Radio dari bulan Juli 2018 sampai Juni 2019 menembus Rp 156 Triliun atau naik dua persen.

Televisi masih mendapatkan porsi iklan paling besar.

Menariknya, angka belanja iklan media digital tumbuh dan memberikan kontribusi sebesar Rp 9,3 Triliun.

Baca: EMC Group Luncurkan Phi SSP Memfasilitasi Pengiklan untuk Beriklan

“Industri periklanan di Indonesia tetap akan terus tumbuh dan beradaptasi dengan era digitalisasi," katanya.

Untuk itu, kalangan bisnis perlu memperhatikan terus bagaimana daya beli konsumen akan bergeser,karena adanya pergeseran SES (Social Economy Status) yang akan lebih banyak di segmen middle low.