Terjadi Penurunan Penjualan Properti untuk Harga di Atas Rp 1 Miliar
Tahun 2018 para pelaku pasar harus dihadapkan pada kondisi psikologis yang mengganggu di tengah konstelasi politik
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda mengatakan, pergerakan pasar properti dan perumahan mengalami tekanan hampir selama enam tahun terakhir, sejak kenaikan pasar properti yang luar biasa pada periode 2009 - 2012.
Tahun 2018 para pelaku pasar harus dihadapkan pada kondisi psikologis yang mengganggu di tengah konstelasi politik yang membuat pasar cenderung untuk wait and see.
Hal ini membuat pergerakan naik siklus pasar properti relatif menjadi tersendat.
Memasuki tahun 2019, isu politik relatif mereda.
Pergerakan pasar properti mulai terjadi di segmen yang merupakan real demand.
Analisis Indonesia Property Watch menggambarkan penurunan tinggi penjualan justru terjadi di segmen atas di atas Rp1 miliar, sedangkan segmen di bawah itu terus mengalami peningkatan.
Kondisi-kondisi ini memaksa para pengembang untuk dapat memainkan strategi yang lebih mumpuni dengan pendekatan pasar yang baik untuk menghindari market mismatch.
Baca: Pasar Properti Landed House di Tangerang Tetap Menjanjikan
"Menembus batas-batas pasar dengan inovasi dan kreatifitas untuk dapat bertahan dan tidak terhempas dari persaingan pasar," kata Ali Tranghanda.
Sementara itu di sisi lain, perkembangan zaman menuntut para pengembang untuk lebih melek teknologi dengan perkembangan era digital yang luar biasa pesat di tengah era revolusi 4.0 saat ini.
Ali Tranghanda mengatakan, fundamental ekonomi dengan perkiraan pertumbuhan di kisaran 4,9 – 5,1% tahun 2019, inflasi 3,28% di pertengahan 2019 yang terus terjaga, serta diturunkannya suku bunga 7-Days BI Repo Rate ke 5,0% pada Oktober lalu membuat pasar properti berpotensi untuk kembali bangkit. Belum lagi Investment Grade yang diberikan S&P, Moody’s, dan Fitch membuat pasar Indonesia sangat prospektif. Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur masih akan terus berlangsung.
“Ketangguhan para pelaku pasar melewati semua tantangan ini diuji dalam sebuah proses penilaian yang independen, obyektif, dan terukur dalam Golden Property Awards 2019. Ini merupakan kali ketiga diadakannya Golden Property Awards yang merupakan bentuk penghargaan tertinggi bagi para pelaku bisnis properti,” kata Ali Tranghanda.
“Effort yang cukup besar hanya untuk menentukan proyek pemenang dengan obyektif tanpa transaksional pemenang," katanya.
Belum lama ini Indonesia Property Watch (IPW) menggelar Golden Property Awards (GPA) 2019 bertajuk “Breakthrough To Excellence”. GPA sendiri merupakan penghargaan properti satu-satunya yang melakukan penilaian dengan kriteria terukur berbasis riset dan survei.
Penilaian dilakukan oleh Indonesia Property Watch berdasarkan kriteria IPW Standard Project Rating 1.2 sebagai lembaga konsultan dan riset properti yang sudah diakui ketajaman analisisnya.
Baca: Developer Harus Berinovasi untuk Menarik Perhatian Konsumen Melalui Strategi Pemasaran Digital
Para tokoh dan ahli multi disiplin yang tergabung dalam Experts Panel berpendapat untuk memperkuat hasil penilaian yang dilakukan Indonesia Property Watch (IPW). Penganugerahan Golden Property Awards (GPA) 2019 dilakukan di Hotel Raflles Jakarta, Kamis (5/12).
Dari hasil penilaian, Golden Property Awards 2019 menetapkan 65 penerima penghargaan yang dibagi dalam 6 Kategori yakni Tokoh, Proyek, Digital Marketing, Perusahaan, Perbankan, dan Penghargaan Khusus. Dan hanya 7 proyek yang berhasil menyabet posisi Best of The Best.
“Penghargaan tidak hanya piala, namun merupakan bentuk apresiasi dari hasil kerja keras dan dedikasi yang dihargai melalui proses asesmen yang terpercaya," katanya.