Parameter Penilaian ICA 2020 Sertakan Aspek 'Triple Bottom Line'
penilaian terhadap puluhan perusahaan yang berpartisipasi, juga berdasarkan triple bottom line yang meliputi lingkungan, sosial, dan ekonomi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Corporate Forum for Community Development (CFCD), Badan Standardisasi Nasional (BSN) beserta Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan meluncurkan Indonesia CSR Awards (ICA).
Peluncuran ICA dilakukan menjelang pelaksanaan Indonesia CSR Awards (ICA) ke-6 pada tahun 2020.
Acara peluncuran digelar di Hotel Swiss-Belresidences, Epicentrum, Jakarta Selatan, Senin, (23/12/2019).
Ketua Steering Committee ICA ke-6 Sarwat Fardaniyah, mengatakan selama pelaksanaan ICA, parameter penilaian terus diperbaiki.
"Selain mulai menerapkan standart SNI ISO 26000:2013, ICA 2020 dalam penilaian terhadap puluhan perusahaan yang berpartisipasi, juga berdasarkan triple bottom line yang meliputi lingkungan, sosial, dan ekonomi," kata Sarwat.
Semenjak pertama kali ICA digelar pada 2005, jumlah perusahaan yang turut berpartisipasi mengikuti lomba terus bertambah.
Apabila pada tahun 2008 ada 23 perusahaan, pada tahun 2014 jumlah perusahaan yang berpartisipasi pada ICA ke-6 mencapai 33 perusahaan dan 1 lembaga.
Pada ICA ke-6 di tahun 2020, Sarwat berharap jumlah perusahaan yang berpartisipasi terus meningkat karena dipastikan memang banyak peraturan yang mengikat agar perusahaan melakukan giat CSR secara lebih baik.
Sementara itu, Ketua Komite CSR merangkap Ketua Komite Penilai Hardinsyah mengungkap pelaksanaan ICA semakin baik dimana hadir 17 orang tim penilai mengurangi subjektivitas atau bias menilai perusahaan.
Semenjak 2017 lalu, tim penilai, kata dia, mulai menerapkan sistem digital online sehingga berbagai data yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang turut berpartisipasi dalam ICA 2020 dimiliki oleh tim penilai tidak hanya dalam bentuk hard copy .
Untuk membuat perhelatan ICA ke-6 lebih berkualitas dan memiliki output dan impact yang luas dan tepat sasaran, BSN yang mulai bergabung pada perhelatan ICA ke-3 tahun 2011 lalu jelas Deputi Bidang penerapan standart dan penilaian kesesuaian dari Badan Standardisasi Nasional Dr. Zakiah berharap SNI ISO 26000 memang dijadikan guidance atau panduan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dari masing-masing perusahaan.
"Peran serta aktif dari berbagai perusahaan yang turut berpartisipasi dalam ICA ke-6 untuk memberi masukan dalam penyusunan standar internasional maupun perbaikannya penting dilakukan bagi penyempurnaan ISO 26000 itu sendiri," jelas Zakiah menambahkan.
Kembali digelarnya ICA yang ke-VI yang difasilitasi oleh CFCD mendapat dukungan dari PT Kideco Jaya Agung dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengadaan batu bara.
Menurut First Manager CSR dari PT Kideco Jaya Agung Surianto, pihaknya merasa beruntung dengan digelarnya event ICA ke-1 hingga ICA ke-6 yang dinilainya bisa mendorong dunia usaha menjadi lebih baik karena akan berupaya memenuhi target-target yang dicantumkan dalam ISO 26000.
"ICA adalah sebuah event yang men-endorse banyak perusahaan diberbagai bidang untuk bisa melaksanakan berbagai program secara baik dan benar demi terwujudnya SDG's atau tujuan pembangunan yang berkelanjutan," papar Suriyanto.
Hal senada juga dikemukakan oleh Act. GM ESD dari PT KPC Louise Passireron yang menganggap bahwa Indonesia CSR Awards sebagai sebuah ajang yang prestisius dan tidak sembarangan yang bisa diikuti oleh semua perusahaan.
"Sebagai salah satu peserta yang pernah mengikuti perhelatan ICA semenjak tahun 2005 lalu, kami melihat kriteria berbagai penilaian terus ditambah sehingga semakin menambah bobot dari ICA yang digelar setiap tiga tahun," tutup Louise Passireron.