Saham Garuda Indonesia Loyo Usai RUPSLB, Apa Kata Analis?
Saham Garuda terpantau melemah pasca Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) kemarin, Rabu (22/1/2020).
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan kode emiten GIAA berada di zona merah sejak pembukaan bursa saham pagi ini, Kamis (23/1/2020).
Saham Garuda terpantau melemah pasca Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) kemarin, Rabu (22/1/2020).
Hingga pukul 16.00, saham Garuda bertengger pada level Rp 424 per lembar saham, melemah 16 poin atau 3,64 persen. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham GIAA berada pada level Rp 440 per lembar saham.
Pelemahan saham GIAA ini lantas dinilai sebagai efek dari pemilihan direksi dan jajaran komisaris. Namun, menurut analis pasar modal Satrio Utomo, hal ini tidak semata karena pengumuman tersebut.
"Sebenarnya market kita overall memang mengalami krisis saham lapis kedua ini. Dan fund manager itu banyak yang lepas posisi. Itu yang membuat sebagian koreksi besar terjadi pada saham lapis kedua asalnya dari sana," kata Satrio kepada Kompas.com, Kamis (23/1/2020).
Dalam RUPS, diputuskan perombakan struktur organisasi dimana komisaris utama adalah Triawan Munaf, Wakil Komisaris Utama adalah Chairal Tanjung, Komisaris Independen adalah Elisa Lumbatoruan dan Yenny Wahid, kemudian Komisaris Peter F Gontha.
Sementara itu Direktur Utama dipegang oleh Irfan Setiaputra dan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko dipegang oleh Fuad Rizal.
Satrio menilai penunjukan direktur utama dan komisaris bukanlah hal yang berpengaruh. Namun, ini lebih kepada pemilihan Fuad Rizal yang tetap menjabat sebagai Direktur Keuangan Garuda.
Menurutnya Garuda acap kali membuat kesalahan dalam laporan keuangan. Keputusan ini tentunya mempertaruhkan nama Menteri BUMN Erick Thohir yang susah mempertahankan posisi Fuad Rizal.
"Kalau komisaris itu cocok enggak cocok, enggak ada pengaruhnya. Toh Yenny Wahid sebagai intelektual tidak perlu diragukan. Tapi kalau direktur keuangan kok jadi aneh," jelasnya.
Baca: Direktur Teknik Garuda hasil RUPSLB Dinyatakan Lulus Uji Kelayakan
Ia menambahkan kasus Garuda ada dua, penyalahgunaan jabatan oleh mantan Dirut Ari Askhara dan masalah laporan keuangan.
"Kalau saya lebih cenderung baiknya jangan beliau. Karena kan, track record-nya tercemar, tapi ini sudah diputuskan. Kita lihat saja apakah ini kesempatan kedua memang worth it," tegasnya.
Di sisi lain ia menyebut pasar berharap Garuda bisa menjadi salah satu saham blue chip di bursa saham Indonesia. Namun sejak GIAA melantai hal ini justru tak terjadi.
"Ya sebenarnya Garuda itu harusnya dia mampu menjadi salah satu saham blue chip di bursa kita. Tapi sejak melantai dia lebih banyak kasus daripada prestasi. Performance Garuda di pasar modal masih jauh dari harapan," tegasnya.
Jika dklihat secara grafik, sejak satu bulan terakhir saham GIAA memang menunjukkan penurunan yang cukup tajam, dibandingkan level senelumnya yang sempat menduduki level Rp 480mper saham.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saham Garuda Merah Usai RUPSLB, Ini Kata Analis"