Organisasi Mahasiswa Didorong untuk Tingkatkan Peran dalam Pemberdayaan Ekonomi
Pengembangan industri halal ini juga adalah peluang besar yang perlu mendapat perhatian dari organisasi kemahasiswaan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel mengatakan generasi muda dari kalangan organisasi kemahasiswaan perlu lebih meningkatkan peran serta mereka dalam bidang pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang sosial dan ekonomi.
Melalui bidang ini, kontribusi mereka di tengah masyarakat akan semakin terasa terutama dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi yang lebih baik lagi di masa datang.
“Jadi gerakan perubahan yang dilakukan mahasiswa tidak hanya di jalur politik, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi, agar kontribusi generasi muda terhadap pembangunan Indonesia semakin nyata dan kian besar,” kata Rachmat Gobel dalam kuliah umumnya di depan anggota Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) di Yogyakarta, Sabtu (29/2/2020).
Baca: Kebon Pala Banjir hingga 1 Meter, Camat Jatinegara: Baru Kiriman dari Depok, Belum Bogor
Baca: BI: Ekonomi Global Optimis Awal Tahun, tapi Sayang Tiba-tiba Ada Corona
Baca: Ini Pertimbangan Raja Tunjuk Muhyiddin Yassin Jadi PM Malaysia
Rachmat mengatakan, masih banyak potensi ekonomi Indonesia yang belum tergarap secara optimal, seperti kegiatan ekonomi berbasis budaya. Dengan keragaman budaya dan tradisi Indonesia, potensi ekonomi di sektor ini sangat besar.
Membangun Kewirausahaan
Menurut Rachmat, untuk bisa lebih meningkatkan kontribusi nyata dalam pembangunan, organisasi kemahasiswaan perlu mendorong dan membantu peningkatan semangat kewirausahaan para anggotanya.
Ini bisa dilakukan melalui reposisi orientasi generasi muda, yang sampai saat ini sebagian besar masih ingin menjadi pekerja.
Merancang berbagai program kerjasama dan pelatihan dengan pelaku industri yang sudah mapan, adalah salah satu pilihan dalam upaya meningkatkan semangat kewirausahaan.
“Jadi kalangan mahasiswa perlu melakukan reposisi, untuk tidak lagi bercita-cita hanya mencari pekerjaan, tapi bagaimana menciptakan lapangan kerja. Ini membutuhkan semangat kewirausahaan yang tinggi,” kata Rachmat.
Berdasarkan data BPS, dibandingkan negara tetangga, rasio orang Indonesia yang terjun menjadi wirausaha masih sangat rendah. Persentase masih sekitar 3 persen dari total jumlah penduduk. Angka ini jauh di bawah Singapura sebesar 7 persen, kemudian Malaysia 6 persen dan Thailand yang mencapai 5 persen.
Dalam kesempatan itu, Rachmat juga menyinggung potensi industri halal yang berpeluang untuk digarap oleh generasi muda. Baik di Indonesia maupun global, industri halal saat ini mengalami perkembangan pesat dan menjadi salah satu sektor yang banyak dikembangkan negara lain, termasuk negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim.
Menurut data State of The Global Economy Report yang merupakan salah satu pasar produk halal terbesar dunia. Diperkirakan, pada 2017 saja, pengeluaran masyarakat Indonesia untuk makanan halal sudah mencapai 218,8 miliar dolar AS. Dan Indonesia sampai saat ini termasuk sebagai importir terbesar produk halal dengan nilai sekitar 169,7 miliar dolar AS.
“Pengembangan industri halal ini juga adalah peluang besar yang perlu mendapat perhatian dari organisasi kemahasiswaan seperti SEMMI,” kata Rachmat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.