Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Trump Lempar Isu, Harga Minyak Bisa Terus Meroket hingga 30 Dolar AS Per Barel

Ariston Tjendra mengatakan, harga minyak bisa terus meroket akibat isu yang dilempar Donald Trump ini hingga 30 dolar AS per barel.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Trump Lempar Isu, Harga Minyak Bisa Terus Meroket hingga 30 Dolar AS Per Barel
Finance and Markets
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melempar isu bahwa Arab Saudi dan Rusia akan sepakat melakukan pemangkasan produksi minyak hingga 10 juta hingga 15 juta barel.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, harga minyak bisa terus meroket akibat isu yang dilempar Donald Trump ini hingga 30 dolar AS per barel.

"Harga minyak mentah WTI (West Texas Intermdeiaini sudah rendah sekali, jadi sekarang terbuka untuk rebound. Peluang untuk ke 30 dolar AS masih terbuka," ujarnya kepada Tribunnews.com di Jakarta, Jumat (3/4/2020).

Isu itu, lanjut Ariston, mengemuka ketika Trump katanya telah menelepon Pangeran Muhammad Bin Salman (MBS), lalu disampaikan ke publik hasilnya yakni pemangkasan produksi.

Baca: Kabar Baik! PUFF, Nucleus Farma dan Prof Nidom Foundation Kembangkan Obat Covid-19

Namun, beberapa pihak meragukan keterangan Trump karena belum ada pernyataan resmi dari Arab Saudi maupun Rusia.

Baca: Crossover SUV Mazda CX-3 Facelift Kini Dapat Tambahan Dua Trim Baru

"Kayaknya tidak ada kesepakatan, secara bilateral keduanya sedang bermusuhan.
Di dalam OPEC belum ada rencana, hanya Saudi meminta negara anggota OPEC untuk melakukan pertemuan darurat membahas harga minyak yang jatuh, tapi belum ada respon," kata Ariston.

Baca: Jangan Salah! Ini Cara Melepas Masker Bedah yang Benar Sesuai Petunjuk Dokter Spesialis Paru

Berita Rekomendasi

Disisi lain, ia menambahkan, kalau tidak ada tindakan apa-apa dari produsen, harusnya harga minyak masih mengalami tekanan karena penularan wabah corona atau Covid-19 ini belum mencapai puncaknya.

"Perekonomian global masih dalam tekanan yang menyebabkan permintaan minyak untuk energi, turun drastis. belum jelas juga apakah memang ada pembicaraan lewat telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan MBS membahas hal ini," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas