Tebar Optimisme ke DPR, BI: Rupiah Bisa Menguat ke Rp 15.000 per Dolar AS Hingga Akhir 2020
Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke Rp 15.000,
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melakukan rapat virtual bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk membahas kondisi ekonomi terkini.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pernyataannya menebar optimisme ke Komisi XI DPR dengan memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke Rp 15.000, dibanding saat ini sekitar Rp 16.400.
"Kami memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp 15.000 pada akhir tahun 2020," ujarnya di Jakarta, Senin (6/4/2020).
Karena itu, Perry berkomitmen bahwa BI akan terus berada di pasar melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan jurus triple intervention.
"BI melakukan intervensi baik di pasar spot, Domestic Non Delivery Forward (DNDF), maupun pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder," katanya.
Baca: Tiket.com Pastikan Pengajuan Pengembalian Dana Ditangani dan Ditindaklanjuti
Baca: Dukung Pencegahan Covid-19, Mitsubishi Outlander PHEV Bantu Penyemprotan Disinfektan
Sementara dari sisi cadangan devisa, ia meyakini jumlahnya tetap memadai kendati digunakan untuk mengintervensi pergerakan rupiah.
"Kami tegaskan bahwa meskipun jumlah cadangan devisa itu menurun karena ada kebutuhan-kebutuhan intervensi. Jumlah cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor, pembayaran utang pemerintah maupun untuk stabilisasi nilai tukar rupiah," pungkas Perry.
Adapun, BI juga mempunyai kerja sama bilateral swap bersama sejumlah Bank Sentral sebagai pertahanan lapis kedua yakni dengan China kurang lebih setara 30 miliar dolar AS.
Kemudian dengan Jepang setara dengan 22,76 miliar dolar AS, dengan Korea Selatan 10 juta dolar AS, dan Singapura 7 miliar dolar AS.