Bukan Industri Otomotif, Menperin Ungkap Empat Kelompok yang Akan Produksi Ventilator
Menperin mengungkap bahwa Indonesia tetap dapat membuat ventilator sendiri namun bukan pelaku industri otomotif yang memproduksi
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pelaku industri otomotif di Amerika dan Eropa saat ini tengah mengalihkan produksi kendaraan ke ventilator untuk mengatasi virus Corona.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan para pelaku industri otomotif Tanah Air tidak dapat memproduksi ventilator.
Hal ini disebabkan karena industri otomotif di Indonesia tidak memiliki blue print atau cetak biru ventilator yang disediakan oleh industri alat kesehatan.
Baca: Kenali 11 Gejala Asam Lambung dan Cara Mengatasinya sebelum Terlambat
Baca: Dua dari Tiga Konsumen Indonesia Mencoba Bepergian Tanpa Uang Tunai Selama Beberapa Hari
Baca: Daihatsu Beri Dispensasi Garansi Selama PSBB
"Di Indonesia tidak ada blue print. Karena di Indonesia tidak ada industri yang memproduksi ventilator," tutur Agus saat Ngopi Bareng Menperin, Selasa (21/4/2020).
Faktor lainnya ialah soal bahan baku, industri otomotif di Indonesia tidak mendapat dukungan bahan baku.
"Kemudian juga bahan baku. Bahan baku ini juga di Amerika dibantu. Dimana industri otomotifnya dibantu industri alkes (alat kesehatan, red) untuk memproduksi ventilator sehingga wajar saja mereka secara cepat memproduksi ventilator," terang Menperin.
Lebih lanjut, Menperin mengungkap bahwa Indonesia tetap dapat membuat ventilator sendiri namun bukan pelaku industri otomotif yang memproduksinya.
Ada empat kelompok yang telah diidentifikasi memiliki rasio sukses untuk memproduksi ventilator.
Pertama ialah Universitas Indonesia yang dapat memproduksi sebanyak 800 unit low cost ventilator berbasis sistem pneumatic atau Covent-20 per-bulan.
Kemudian ada Tim Jogja yang terdiri dari Universitas Gadjah Mada, PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, PT Stechoq dan PT Swayasa Prakarsa yang dapat memproduksi Emergency Ventilator, LCD Display Touch Screen, Controller, Sensor Medical Grade serta ICU Ventilator sebanyak 700 unit per-bulan.
Ketiga ialah Institut Teknologi Bandung yang dapat memproduksi Emergency Room Ventilator sebanyak 100 unit per bulan dan masih dalam perencanaan sebanyak 10.000 unit.
Selanjutnya ialah Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya yang dapat memproduksi Portabel Ventilator Tipe Emergency namun masih menunggu mitra.
"Kelompok ITS ini juga low cost portabel ventilator. Ini yang menjadi tugas kami untuk mencarikan mitra industri agar mereka bisa melakukan proses produksinya. Saat ini perkembangannya seperti itu," ungkap Agus.
Beberapa kelompok rencananya memulai produksi pada pertengahan April ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.