Punya Utang 500 Juta Dolar AS, Garuda Ajukan Relaksasi Pinjaman ke Perbankan
Manajemen Garuda Indonesia akan melakukan efisiensi anggaran demi menghadapi situasi sulit pada masa pandemi ini.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengakui pihaknya kini memerlukan bantuan relaksasi keuangan dari perbankan.
Karena saat ini perseroan memiliki utang sebesar Rp 500 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Utang itu pun akan segera jatuh tempo pada Juni mendatang.
Pernyataan tersebut disampaikan Irfan dalam video conference di hadapan Komisi VI DPR RI, Rabu (29/4/2020).
"Kami ada sedikit masalah, mungkin publik juga tahu kalau kami ada jatuh tempo utang sekitar 500 juta dolar AS, sehingga kami butuh bantuan keuangan relaksasi dari perbankan," ujar Irfan, pada kesempatan tersebut.
Baca: Kredit di Bawah Rp 500 Juta Dapat Subsidi Bunga hingga 6 Persen Selama 6 Bulan
Garuda merupakan salah satu perusahaan industri penerbangan yang cukup terkena imbas mewabahnya virus corona (Covid-19).
Irfan menyatakan, manajemen akan melakukan efisiensi anggaran demi menghadapi situasi sulit pada masa pandemi ini.
Baca: Harga Sewa Pesawat Dua Kali Lipat Lebih Mahal, Bos Garuda Segera Restrukturisasi Biaya
Kendati demikian, ia menegaskan perseroan tetap akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawan.
"Tapi kamu komit untuk tetap berikan THR, meskipun Menteri BUMN (Erick Thohir) sudah keluarkan imbauan untuk tidak membayar THR bagi direksi dan komisaris," kata Irfan.