Dahlan Iskan Kembali Bicara Soal Usulan Cetak Uang, Bagi-bagi Jatah Itu Tidak Mudah. . .
Sekretaris Poksi XI Fraksi Partai Golkar DPR RI, M Sarmuji menyebut ide mencetak uang bukan ide dari Partai Golkar.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia banyak usulan masuk ke pemerintah dalam mengatasi dampak ekonomi wabah tersebut.
Bahkan sempat muncul banyak pandangan agar Bank Indonesia (BI) mencetak uang guna mengatasi krisis yang terjadi.
Menanggapi pemberitaan yang dramatis tentang usulan sejumlah anggota DPR agar Bank Indonesia mencetak uang Rp 600 triliun, Sekretaris Poksi XI Fraksi Partai Golkar DPR RI, M Sarmuji menyebut ide mencetak uang bukan ide dari Partai Golkar.
"Ide mencetak uang tidak pernah muncul sebagai ide fraksi Partai Golkar sebagai solusi untuk mengatasi dampak Pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat," kata Sarmuji.
Baca: Setoran Awal Ringan, Buka Tabungan Haji Cukup 36 Menit
Sementara itu, mantan menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan kembali memberikan pendapat pribadinya melalui laman disway.id.
Baca: Iuran BPJS Kesehatan Kok Naik Lagi? Pengusaha Mengaku Berat, Apalagi Masyarakat. . .
Dalam blognya, Dahlan kembali menyingung cetak uang, mulai dari bagi-bagi jatah hingga tidak mudah melakukan aksi tersebut saat ini karena terbentur regulasi.
Baca: Sejak Awal Saya Menduga Pemerintah Akan Berselancar, Putusan MA Dilawan dengan Aturan Baru. . .
Berikut isi blog Dahlan Iskan:
Mungkin ada yang berpendapat begini: tidak peduli utang atau cetak uang, yang penting uangnya dibagi untuk kita-kita.
Seperti juga prinsip ”amplop merah itu tidak penting, yang penting isinya”.
Maka utang atau pun cetak uang, yang penting uangnya akan dialirkan ke mana?
Kalau utang, yang akan terima uang adalah kementerian keuangan. Masuk APBN. Dari sini uang hasil utang bisa dialirkan ke mana saja --sesuai dengan program pemerintah.
Kalau cetak uang, hasil cetak uang itu menjadi milik bank sentral --Bank Indonesia.
Maka, kalau keputusannya nanti cetak uang, dari mana pemerintah dapat uang? Pinjam ke BI? Kan tidak ada pintunya?
Berarti pemerintah memang benar-benar sulit --harus lebih banyak kita doakan. Mau cari utang, sulit. Tidak mudah cari utangan di situasi sekarang --semua negara mau utang. Mau cetak uang, uangnya menjadi milik Bank Indonesia.
Sekarang sudah berbeda dengan zaman tahun 1956. Ketika itu pemerintah bisa memerintahkan cetak uang. Sekarang tidak bisa lagi. Bank Indonesia itu independen.