Tanri Abeng Dukung Aksi BUMN Terbitkan Global Bond, Ini Alasannya
BUMN bisa berperan aktif dengan menarik modal dari luar masuk ke Indonesia apalagi dalam situasi krisis Covid-19.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tanri Abeng mendukung langkah BUMN ramai-ramai menerbitkan obligasi global atau global bond.
Menurutnya, BUMN bisa berperan aktif dengan menarik modal dari luar masuk ke Indonesia apalagi dalam situasi krisis Covid-19.
Baca: Pemerintah Terbitkan Global Bond Bertenor 50 Tahun, Sri Mulyani Jelaskan Tujuannya
Baca: Geram soal UU Minerba, Refly Harun Singgung Jokowi sampai Erick Thohir: Kenapa Tak Bela BUMN?
"Karena BUMN ini sangat bagus untuk dijadikan mitra. Corporate governance-nya jauh lebih baik daripada swasta," kata Tanri dalam seminar daring di Jakarta, Senin (18/5/2020).
Tanri memandang melalui penerbitan global bond senilai 6 miliar dolar AS akan membantu ketahanan nilai tukar rupiah di tengah krisis.
"Pandemi Covid-19 ini kan melahirkan krisis. Kalau dolar semakin banyak masuk ke dalam negeri maka rupiah akan jauh dari depresiasi. Mata uang kita akan lebih kuat," ucapnya.
Tanri menambahkan sudah waktunya BUMN ini dikelola secara profesional supaya profitabilitasnya juga meningkat signifikan.
"Saya secara pribadi dari BUMN kita yang sekarang ini sudah jauh lebih sehat. Sekarang adalah bagaimana BUMN bisa berperan untuk memberi dukungan terhadap ketahanan ekonomi kita," harapnya.
Diketahui, sejumlah BUMN menerbitkan global bond di antaranya PT Hutama Karya (Persero) senilai 600 juta dolar AS.
Investor global bond ini tersebar 42 persen di kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah dan Afrika sebesar 30 persen dan Amerika Serikat sebesar 28 persen.
Sedangkan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) telah menerbitkan global bond senilai total 2,5 miliar dolar AS, setara dengan Rp 37,5 triliun.
Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga menerbitkan surat utang dalam dolar Amerika Serikat senilai 500 juta dolar AS atau sekitar Rp 7,5 triliun dengan tingkat bunga 75 persen bertenor tenor lima tahun.
Di kesempatan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mendorong BUMN terus kreatif dalam mencari pendanaan seperti penerbitan obligasi dalam dolar AS.
Erick menyebut BUMN di Indonesia masih menjadi salah satu tujuan investasi menarik bagi dunia.
"Ketika kondisi pasar global yang tidak pasti, banyaknya minat investor terhadap global bond BUMN," tuturnya.