Waduh, Rolls Royce Akan PHK 17 Persen Karyawan karena Penjualan Lesu
Perusahaan juga akan memangkas pengeluaran yang terkait dengan pemeliharaan pabrik dan properti, modal, serta biaya tidak langsung lainnya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pabrikan mesin pesawat terbang Inggris, Rolls-Royce, berencana memangkas setidaknya 9.000 pekerjaan atau 17,3 persen dari tenaga kerja global perusahaan itu.
Hal itu karena dipicu menurunnya permintaan untuk pemesanan produk mesinnya di tengah pandemi virus corona (Covid-19), seperti yang disampaikan manajemen perusahaan pada hari Rabu kemarin.
"Kami mengusulkan re-organisasi besar pada bisnis kami untuk beradaptasi dengan tingkat permintaan baru yang kami lihat dari para pelanggan. Sebagai hasilnya, kami akan memangkas setidaknya 9.000 peran dari tenaga kerja global kami yang berjumlah 52.000," sebut manajemen Rolls Royce dalam sebuah konferensi pers.
Perusahaan juga akan memangkas pengeluaran yang terkait dengan pemeliharaan pabrik dan properti, modal, serta biaya tidak langsung lainnya.
Baca: Ada PSBB Warga Berjubel di Pasar, Wali Kota Bogor Bima Arya: Marah Iya, Kesel Iya. . .
Pemangkasan ini diperkirakan akan menghasilkan penghematan tahunan sebesar lebih dari 1,3 miliar poundsterling atau setara 1,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dengan 700 juta poundsterling difokuskan untuk menutupi jumlah upah karyawan.
Baca: Cerita Haru Perjuangan Dokter Tangani Pasien Covid-19, Minim Tenaga Medis, Kerja Tanpa Libur
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (21/5/2020), CEO RollsRoyce Warren East mengatakan bahwa pemerintah di seluruh dunia memang tengah melakukan apa yang mereka bisa, untuk membantu menopang sektor bisnis jangka pendek karena dampak corona.
Baca: Viral 247 Awak Pramugari Batik Air Ajukan Petisi THR, Begini Tanggapan Lion Air Group
"Namun kami harus menanggapi kondisi pasar untuk jangka menengah sampai industri penerbangan kembali beroperasi dalam skala besar, dan pemerintah tidak dapat menggantikan permintaan pelanggan secara berkelanjutan yang saat ini memang tidak ada," kata East.
Menurut pabrikan tersebut, langkah-langkah seperti itu diambil karena besarnya dampak corona pada seluruh industri penerbangan menjadi fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.
East menilai, pulihnya industri penerbangan akan membutuhkan waktu selama beberapa tahun ke depan.
Karena mengembalikan level permintaan pada tingkat yang terlihat seperti beberapa bulan lalu merupakan hal yang cukup sulit.
Perlu diketahui, Rolls Royce sebenarnya telah memulai re-organisasi skala besarnya pada Juni 2018 lalu untuk mengurangi biaya dan meningkatkan stabilitas keuangan perusahaan.
Secara khusus, pabrikan ini telah memangkas 4.600 pekerjaan di tengah menurunnya permintaan di pasar minyak dan gas.
Kemudian pada akhir 2020 mendatang, Rolls Royce pun berniat mengurangi biaya pengeluaran sebesar 400 juta poundsterling per tahunnya.