Sri Prakash Lohia, Pria asal India yang Sukses Jadi Orang Terkaya Ketiga di Indonesia
Hampir empat dekade lalu, Sri Prakash Lohia yang berusia 19 tahun pindah ke Indonesia dari India untuk menciptakan kehidupan baru.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapakah Sri Prakash Lohia yang menjadi miliarder terkaya ketiga di Indonesia?
Ia merupakan pria kelahiran Kolkata, India pada 11 Juli 1952 yang saat ini menjadi orang terkaya ketiga di Indonesia dan berada di posisi 414 orang terkaya dunia dengan total kekayaan mencapai 4.3 miliar dolar AS versi Forbes.
Hampir empat dekade lalu, Sri Prakash Lohia yang berusia 19 tahun pindah ke Indonesia dari India untuk menciptakan kehidupan baru.
Baca: Forbes: Kekayaan 200 Pengusaha Terkaya Rusia Berkurang 40 Miliar Dolar AS
Pada tahun 1973, ia bersama ayahnya Mohan Lal Lohia datang ke Indonesia.
Sri Prakash belajar perdagangan di Universitas Delhi sebelum lulus pada tahun 1971.
Baca: Harta Orang Terkaya Indonesia Merosot hingga Ratusan Triliun Rupiah di Tengah Pandemi Covid-19
Sekitar tahun 1976, mereka berdua mendirikan Indorama Synthetics, produsen benang pintal dengan fasilitas manufaktur di Purwakarta, Jawa Barat.
Pada 1991, Indorama Synthetics melakukan diversifikasi dan merambah industri serat poliester dan Resin Poliester Botol (PET) mulai diproduksi tahun 1995.
"Periode yang paling sulit hanya tiga sampai empat tahun pertama," tutur Sri Prakash dikutip dari Quartz India, Senin (25/5/2020).
Sejak itu, perusahaannya tumbuh menjadi produsen bahan baku tekstil terbesar di Indonesia dan memiliki fasilitas manufaktur yang tersebar di seluruh Indonesia, Uzbekistan dan Thailand.
Pada 2006, Lohia mulai berinvestasi di industri petrokimia dengan mengakusisi Eleme Petrochemicals Company yang berbasis di Nigeria dengan nilai 225 juta dolar AS sebagai bagian dari ekspansi Indorama.
Sejak saat itu, Indorama Corporation menjadi investor terbesar di sektor petrokimia Afrika Barat dan hingga saat ini telah menginvestasikan dana sekitar 2 miliar dolar AS
Pada tahun 2008, Lohia bersama saudaranya Om Prakash dan Aloke Prakash memutuskan untuk menggabungkan bisnis PET mereka.
Sri Prakash menjual sahamnya di dua perusahaan serat poliester dan benang serta dua perusahaan asam tereftalat murni ke Indorama Ventures, dengan imbalan saham di Indorama Ventures yang lebih besar.
Saat ini, Indorama Ventures memiliki pendapatan tahunan sebesar 8 miliar dolar AS dan merupakan produsen botol PET terbesar kedua di dunia.
Baca: Amerika Serikat dan China di Ambang Perang Dingin yang Baru
Sri Prakash adalah ketua Indorama Ventures, dengan 34 persen saham.
Di saat kekayaan miliarder Tanah Air turun karena pandemi Covid-19, pundi-pundi kekayaan Sri Prakash Lohia justru naik.
Berdasarkan data Forbes, Lohia menempati urutan 414 orang terkaya dunia dengan total kekayaan mencapai 4.3 miliar dolar AS versi Majalah Forbes dan di posisi ketiga sebagai orang terkaya Indonesia.
Pada tahun 2013, Forbes juga menempatkannya sebagai orang terkaya ke enam di Indonesia dengan kekayaan bersih 3 miliar dolar AS.
Aksi korporasi terbaru dari perusahaan Lohia ialah pada 2019, Indorama Ventures Public Company Limited (IVL) menyelesaikan akuisisi terhadap pemasok terkemuka untuk interior otomotif poliester dan benang berwarna kinerja tinggi asal Eropa.
Akuisisi ini meningkatkan kemampuan IVL untuk memberikan solusi yang komprehensif dan inovatif dalam aplikasi yang sangat khusus termasuk benang poliester berwarna untuk aplikasi otomotif, perabotan, pakaian dan teknis.
Kombinasi dari kemampuan manufaktur IVL yang ada dan rantai pasokan dengan portofolio industri terkemuka Sinterama memberi IVL momentum tambahan untuk melayani meningkatnya permintaan untuk aplikasi otomotif dan rumah.
Sinterama memiliki sekitar 890 karyawan yang bekerja di lima lokasi produksi di empat negara di Italia, Brasil, Cina dan Bulgaria, yang merupakan pasar baru untuk IVL.
Sinterama memegang posisi terdepan dalam aplikasi yang terspesialisasi di Eropa, dengan reputasi yang sangat baik dan teknologi yang telah terbukti.
Keahlian Sinterama dan jaringan fasilitas yang berlokasi strategis akan diintegrasikan ke dalam bisnis spesialisasi IVL yang ada, sehingga menciptakan mitra industri pilihan untuk benang poliester bernilai tinggi.
Hingga saat ini, pria 67 tahun masih terlibat pengoperasian perusahaan dan berhasil meraup pendapatan melebihi 10 miliar dolar AS per tahun dengan modal awal membangun bisnis sekitar 10 juta dolar AS.