Amerika Rusuh, Rupiah Kian Menguat, Dolar AS Anjlok
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal perdagangan di pasar spot Selasa (2/6/2020) menguat tajam.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal perdagangan di pasar spot Selasa (2/6/2020) menguat tajam.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.11 WIB rupiah berada pada level Rp 14.460 per dollar AS atau menguat 150 poin (1,03 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya pada level Rp 14.610 per dollar AS.
Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, kondisi kerusuhan di AS membawa sentimen positif pada pergerakan mata uang ibu pertiwi yang berhasil menguat signifikan.
“Rupiah mendapatkan dorongan penguatan terhadap dollar AS karena kondisi demo rusuh di AS yang berpotensi menganggu aktivitas ekonomi AS,” kata Ariston kepada Kompas.com.
Baca: LPS Turunkan Suku Bunga Penjaminan Jadi 5,5 persen untuk Rupiah dan 1,5 Persen untuk Valas
Ariston mengatakan, pasar juga masih merespons positif rencana pembukaan kembali sebagian aktivitas ekonomi di tengah pandemi yang masih berlangsung.
Namun di sisi lain, potensi perang dagang AS dan China dapat menahan penguatan tersebut.
Apalagi, China berencana menunda pembelian barang pertanian dari AS.
Ariston memprediksikan rupiah hari ini akan berada pada kisaran support Rp 14.500 per dollar AS sampai dengan Rp 14.450 per dollar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.700 per dollar AS.
Pemicu unjuk rasa
Diberitakan sebelumnya, unjuk rasa berlatar belakang isu rasial itu dipicu tewaskan George Floyd, pria kulit hitam, setelah lehernya ditekan dengan dengkul oleh polisi berkulit putih di Minneapolis, Negara Bagian Minnesota, Senin (25/5/2020).
Insiden itu memicu unjuk rasa besar-besaran yang meluas hingga wilayah-wilayah lain di AS.
Bahkan, unjuk rasa serupa sebagai protes atas kebrutalan polisi terhadap Floyd juga digelar di luar negeri, seperti di London, Berlin, dan kota-kota lain.
Di Washington DC, kota tempat lokasi Gedung Putih, unjuk rasa berubah menjadi ajang kekerasan, membuat aparat keamanan terkejut.
Aparat memberlakukan kesiagaan tertinggi di kompleks Gedung Putih untuk pertama kali sejak serangan teror 11 September 2001.