Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pembangunan Kilang Pertamina Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja

pembangunan kilang Pertamina memberikan multiplier effect bagi pembukaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi nasional.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
zoom-in Pembangunan Kilang Pertamina Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja
Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat
Serikat Pekerja Pertamina RU III (SPP RU III) gelar aksi damai di depan gerbang pintu masuk Kilang Pertamina RU III, Plaju, Palembang, Sumsel, Kamis (25/7/2019). Mereka menolak keras pengalihan bisnis LNG (Liquefied Natural Gas) dari Pertamina ke PGN. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan kilang Pertamina proyek RDMP (Refinery Development Master Plan) dan GRR (Grass Roof Refinery) berdampak pada terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menyatakan pembangunan kilang Pertamina megaproyek RDMP dan GRR merupakan proyek strategis yang memberikan manfaat besar, baik bagi masyarakat sekitar maupun secara nasional.

“Pembangunan kilang merupakan proyek dengan investasi yang besar, namun untuk menjamin keberlanjutan dan kepastian investasi, Pertamina melakukan kerjasama dengan investor-investor global. Contohnya kerjasama dengan CPC pada RDMP Balongan Phase 3,” ujar Ignatius saat zoom meeting di Jakarta, Jumat (5/6/2020).

Ignatius menegaskan pembangunan kilang Pertamina memberikan multiplier effect bagi pembukaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi nasional.

Dengan total investasi sekitar 48 miliar dolar AS, RDMP dan GRR akan menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 130 ribu orang saat konstruksi dan sekitar 10 ribu orang saat operasi.

“Hasil studi menunjukkan multiplier effect bagi lapangan pekerjaan akan memberikan dampak 17 kali lipat sehingga membuka jutaan pekerjaan di berbagai sektor,” ucapnya.

Berita Rekomendasi

Di saat pandemi, RDMP dan GRR memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat.

Hal itu membuat Pertamina tetap menuntaskan pengerjaan kilang dengan penerapan protokol kesehatan dan mengedepankan teknologi digital.

Menurut Ignatius Tallulembang, RDMP dan GRR juga memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas produk BBM yang lebih ramah lingkungan sesuai dengan regulasi dan standar internasional sehingga kedepan akan terwujud ekosistem lingkungan Indonesia yang lebih sehat.

“Dengan RDMP dan GRR, maka kita tidak akan lagi tergantung dengan impor BBM bahkan akan menjadi eksportir BBM terutama solar dan avtur yang diprediksi stoknya lebih besar,” terangnya.

Pertamina juga berkomitmen untuk memaksimalkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) baik dari segi manpower, material dan peralatan sehingga memberikan kesempatan dan mendorong peningkatan kapabilitas manufaktur dalam negeri.

“Pembangunan kilang akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tantangan menghadapi pandemi Covid-19,” pungkasnya.

Pembangunan Kilang untuk Tekan Ketergantungan Impor

Pertamina membangun kilang untuk menambah kapasitas sesuai kebutuhan produk yang dijual seperti Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ignatius Tallulembang menyampaikan kapasitas terpasang kilang Pertamina saat ini satu juta barel per hari.

Ignatius memaparkan dalam operasionalnya Pertamina dapat mengolah 850 ribu barel per hari menjadi produk BBM sekitar 680 ribu barel per hari.

Baca: JK: Berdosa jika Tak Fasilitasi Jemaah yang Tak Tertampung Salat Jumat

Baca: Haris Azhar Minta KPK Ungkap Oknum yang Sembunyikan Nurhadi dan Menantunya

Menurutnya, hal ini tidak sebanding dengan kebutuhan produk BBM yang mencapai 1,4 juta barel per harinya,

"Artinya, kebutuhan produk BBM ditutup dari luar negeri atau impor. Pembangunan kilang ini untuk menekan ketergantungan impor," papar Lete sapaannya saat zoom meeting di Jakarta, Jumat (5/6/2020).

Sementara itu, dalam hal daya saing kilang Pertamina sudah jauh tertinggal dari negara lainnya.

Kilang termuda Pertamina berusia 30 tahun yang berdampak dari kualitas produksi hingga teknologi yang diadopsi sudah relatif tertinggal.

"Kilang-kilang Pertamina ada lima usianya mulai dari 70 tahun bahkan ada yang sampai 100 tahun. Yang terbaru kilang Balongan dibangun 1990, sudah 30 tahun usianya," paparnya.

Lete menjelaskan produk yang dihasilkan Pertamina yakni masih Euro I dan II sedangkan beberapa negara sudah masuk Euro IV atau V.

Dalam paparannya, Singapura dan China sudah masuk produksi Euro VI.

"Kilang kita masih menghasilkan produk kualitas Euro I-II setara dengan Bangladesh. Dengan pembangunan kilang ini minimum produk kita nantinya Euro IV," imbuh dia.

Cari Mitra

Pertamina mencari mitra lain untuk proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap setelah Saudi Aramco menyatakan mundur.

Hal itu disampaikan Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang dalam zoom meeting di Jakarta, Jumat (5/6/2020).

"Jadi kilang Cilacap tidak lagi dengan Saudi Aramco. Pertamina sedang dalam proses mencari partner baru sambil menyiapkan segala sesuatu ke depannya," kata Ignatius.

Ignatius Tallulembang dalam zoom meeting
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang dalam zoom meeting di Jakarta, Jumat (5/6/2020).

Dia menjelaskan Saudi Aramco tidak menutup kemungkinan untuk kerjasama menggarap proyek kilang-kilang lainnya.

Menurutnya, Aramco saat ini masih fokus pada hal lain.

"Melalui surat resmi CEO Aramco ke Presdir Pertamina menyampaikan silakan Pertamina menjalankan pembangunan kilang Cilacap," terang pria yang karib disapa Lete tersebut."

Artinya Aramco tidak bisa bergabung untuk kerja sama kilang Cilacap ini," sambungnya.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman memastikan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap tetap berjalan dalam rangka mewujudkan cita-cita meraih kemandirian dan ketahanan energi nasional.

“Pertamina tetap akan melanjutkan RDMP Cilacap secara mandiri, sambil secara paralel akan dilakukan pencarian strategic partner yang lain,” kata Fajriyah.

Fajriyah menambah, meskipun dunia masih dilanda pandemi Covid-19, penurunan demand BBM dan tekanan terhadap nilai kurs rupiah, Pertamina tetap fokus untuk menuntaskan proyek strategis nasional (PSN).

Hal itu merupakan amanah dari Pemerintah, termasuk pembangunan kilang Cilacap sebagai bagian dari proyek RDMP/GRR Pertamina.

“Pertamina tetap menjalankan rencana investasi yang telah tertuang dalam RKAP, sekaligus memastikan amanah Pemerintah untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional melalui pembangunan kilang,” tambahnya.

Menurutnya, Pertamina akan memaksimalkan dan mengoptimalkan penyelesaian proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru agar dapat selesai sesuai target waktu yang ditetapkan.

Jika proyek ini rampung, nantinya kilang yang saat ini berkapasitas 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari sehingga kebutuhan BBM dapat terpenuhi tanpa perlu import.

“Dengan penuntasan RDMP/GRR, Pertamina berharap dapat memenuhi target Pemerintah untuk menyetop import BBM pada tahun 2026,” imbuhnya.

Melalui proyek pengembangan kilang Cilacap kapasitas kilang yang semula sebesar 348 ribu barel akan meningkat menjadi 370 ribu barel per hari.

Selain itu juga akan terjadi juga peningkatan produksi bensin (gasoline) dari 59 ribu bph menjadi 138 ribu bph.

Dan produksi diesel dari 82ribu bph menjadi 137 ribu bph.“

Sebelumnya kami juga telah menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap dan saat ini menjadi bagian dari RU IV Cilacap. Kilang telah beroperasi penuh dan sejak pandemi Covid 19, operasional tetap berjalan dengan protocol keamanan dan kesehatan,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas