Berawal dari Rindu Kampung Halaman, Pria Ini Jual Bumbu Masakan dan Raup Omzet 300 Persen
Apa yang membuat para perantau kangen rumah? Makanan khas daerah kampung halaman—apalagi jika dimasak oleh ibu tercinta—kerap jadi salah satu jawaban.
TRIBUNNEWS.COM - Bagi mereka yang merantau, tak ada yang bisa menandingi indahnya makan masakan rumah, duduk di meja makan bersama keluarga di kampung halaman, sambil mengobrol tentang ingar-bingar ibu kota. Berlebihan? Rasanya tidak.
Mari bertanya pada perantau di sekitar kita: apa yang membuatmu kangen rumah? Makanan khas daerah—apalagi jika dimasak oleh ibu tercinta—kerap jadi salah satu jawaban.
Wajar bila kamu ‘meromantisisasi’ masakan kampung halaman sebagai pengingat akan rumah. Uniknya lagi, rasa rindu ini membuka peluang usaha menjanjikan bagi seorang pria asal Makassar, Abdul Wahab (46).
Abdul mendirikan Rumah Bumbu Ratna, usaha bumbu racik masakan khas Makassar yang populer dan telah terjual hingga seantero nusantara.
Kepada Tribunnews melalui sambungan telepon, Selasa (23/6/2020), Abdul bercerita mengenai Rumah Bumbu Ratna: latar belakang dimulainya usaha, peran sang ibu, resign dari kantor, hingga omzetnya yang sempat naik hingga 300 persen.
Obat kangen kampung halaman
“Yang bikin optimistis memperjuangkan Rumah Bumbu Ratna ya itu. Selama masih banyak orang Makassar yang tersebar di seluruh Indonesia, masih banyak yang kangen masakan Makassar,” ungkap Abdul, mengawali kisah serunya soal seluk beluk usaha rumahan ini.
Abdul lantas bercerita tentang banyaknya anggota keluarga dan teman yang sering tak sempat pulang kampung, bahkan menjelang Idulfitri. Alhasil, mereka kangen mencicipi menu wajib Lebaran khas Makassar, seperti Coto Makassar dan Sop Konro.
“Saya tahu di luar Makassar menu lebaran khas Makassar itu jarang yang jual, tidak ada yang bikin. Kalau seandainya ada bumbunya, nah itu kan jadi lebih gampang. Jadi beli bumbunya, dengan racikan yang sama, masaknya di rumah. Dan rasanya juga sama, otentik,” celoteh Abdul.
Atas dasar inilah Rumah Bumbu Ratna berdiri sejak 2009. Nama Ratna sendiri dinukil dari nama sang ibu, sebagai penghormatan kepadanya yang piawai menyajikan masakan beserta bumbu racikan yang lezat, yang jadi standar cita rasa keseluruhan bumbu di Rumah Bumbu Ratna.
Rumah Bumbu Ratna, yang awalnya dijual musiman dengan jangkauan sebatas keluarga dan kawan-kawan, kini berhasil memanen antusiasme pelanggan yang menjanjikan dari tahun ke tahun.
Puncaknya pada 2017, Abdul berkesungguhan membawa Rumah Bumbu Ratna menuju pasar lebih besar. Lembar baru mantap dibuka: ia mematenkan resep bumbu racikannya, membuat standar bumbu yang sama, membuat kemasan, dan mengurus legalitas bisnisnya.
Kini, Rumah Bumbu Ratna menyajikan 12 varian bumbu masak praktis bagi keluarga. Kedua belas varian terdiri dari makanan khas Makassar, seperti Coto Makassar, Sop Saudara, hingga Sop Konro dan bumbu masakan khas Indonesia, seperti rendang, opor ayam, hingga rawon.
Tekad kukuhnya terbalas manis. Hingga tulisan ini dibuat, Rumah Bumbu Ratna telah mengobati rasa kangen ribuan pelanggan seluruh Nusantara. Sebanyak 60 persen pelanggan berasal dari luar Makassar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
“Yang di Barat itu paling jauh kami sampai Batam. Kalau ke Timur itu kami sampai Ambon, Maluku dan sampai Papua, ada Bali dan Kalimantan juga,” jelas Abdul.
Berbicara keuntungan, nominalnya cukup fantastis. Dengan nada tersipu, ia membisikkan kami jumlah omset bulanan yang diraup, “Alhamdulillah, di atas Rp 10 juta per bulan, dengan rata-rata 30 pesanan setiap harinya,” ujarnya.
Memulai berwirausaha bagaikan melalui “hutan lebat” tanpa arah
Hasil memuaskan tak mungkin dicapai tanpa pengorbanan besar, kecuali dalam mimpi.
Abdul paham betul akan hal ini. Oleh karena itu, dengan keyakinan dan kerelaan penuh, Abdul melepaskan status pegawai swasta pada 2017 lalu demi memfokuskan perhatiannya pada Rumah Bumbu Ratna.
“Saat itu tahun 2017, saya memutuskan untuk resign dari tempat kerja saya di perusahaan fast food. Saya nggak mau kerja kantoran lagi. Karena saya pengen fokus usaha,” ceritanya.
Keputusan besar ini tak diketuk dalam semalam; fondasinya sudah kuat. Penjajakan data penjualan menunjukan performa menjanjikan. Kecenderungan pasar bumbu racik di era serba online pun kian diminati untuk urusan dapur.
Selain itu, ia mengandalkan bekal ilmu kuliner dari perusahaan fast food tempat bekerjanya dahulu. Ia menerapkan wawasan standardisasi resep dan pematenan resep kepada unit usahanya itu.
“Rasanya kayak masuk hutan lebat yang tidak tahu arahnya mau ke mana,” ucap Abdul, mengenang masa gamang pada bulan-bulan awal banting setir jadi wirausahawan.
Sebagai pemain baru, ia tak gentar bolak-balik ikut pameran makanan atau berjualan di car free day, meski sering dapat lelahnya saja. Bumbu yang terjual hanya satu-dua. Namun, semua pahit-manis itu dianggap sebagai penggemblengan mindset-nya sebagai wirausahawan.
Petualangan level selanjutnya dimulai ketika ia berjualan secara online melalui platform marketplace Tokopedia pada tahun 2017.
Kenapa Tokopedia? Jawabannya sederhana: pasarnya luas. Abdul bahkan mengibaratkan situs ini seperti pasar paling ramai pengunjung dibanding pasar lainnya, sehingga menjangkau pelanggan hingga ke seluruh Indonesia.
Dengan kata lain, sebagai pihak ketiga, Tokopedia membantu Rumah Bumbu Ratna menggaet kepercayaan khalayak.
“Berbelanja online lewat marketplace yang besar memberi rasa aman dan nyaman pelanggan. Meraih kepercayaan pelanggan itu agak sulit, apalagi kita pemain baru kan,” lanjutnya.
Memetik peluang besar di tengah pandemi
Kemudian, Abdul bercerita omzetnya yang meroket hingga 300 persen di masa pandemi. Pembatasan sosial membuat tren belanja online meningkat di tengah konsumen. Begitu pula tren mengolah makanan dengan bumbu racik yang bisa dibeli secara online.
Puncak penjualan terjadi pada Ramadan hingga menjelang Idulfitri. Pembatasan akses mudik yang diperketat membuat banyak orang menunda pulang kampung. Di situlah Rumah Bumbu Ratna berperan sebagai penawar rindu akan masakan kampung halaman.
Ada satu hari yang tak terlupakan bagi hidup Abdul. Saat itu, seorang pelanggan dengan haru berterima kasih kepada Rumah Bumbu Ratna. Berkatnya, ia dapat merasakan suasana lebaran lewat cicipan cita rasa bumbu.
“Ia berterima kasih karena bisa merasakan suasana lebaran seperti lebaran di Makassar, menyantap Coto Makassar. Aduh, ternyata melalui produk saya ini selain dapat keuntungan saya juga bisa membantu orang buat jadi senang, jadi bahagia,” ceritanya terenyuh.
Lumrahnya, Abdul menerima 20-30 pesanan pada hari biasa, jumlah yang cukup memuaskan untuk usaha rumahan. Namun, menjelang lebaran kemarin, ia meraup lebih dari seratus pesanan per hari!
Tak terbantahkan peran marketplace bagi Rumah Bumbu Ratna untuk menjangkau jumlah pelanggan yang luas. Apalagi, Tokopedia kerap menghadirkan promo Bebas Ongkir dan cashback yang begitu memikat pelanggan.
Tak kalah penting bagi Abdul, Tokopedia begitu mendukung perkembangan usaha kecil menengah (UKM) lokal. Rumah Bumbu Ratna pernah diundang dalam Makerfest 2018, yang diinisiasi Tokopedia agar para UKM dapat memasarkan produk dengan lebih kreatif dan maksimal.
Dan Rumah Bumbu Ratna kini memetik hasilnya. Menyandang top merchant di Makassar, Abdul telah membuktikan betapa perubahan besar dimulai dari keberanian dan pengorbanan yang tak sedikit. Ia telah menentukan arah di “hutan yang lebat” dan sarat ketidakpastian.
Penulis: Bardjan / Editor: Dana Delani