Device Pintar Tatalogam Implementasikan Teknologi 4.0: Antar-Mesin Sudah Terkoneksi
implementasi teknologi 4.0 Mulai dari machine to machine, sehingga antara mesin sudah berhubungan.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) merupakan indikator untuk mengukur kesiapan sektor manufaktur dalam bertransformasi menuju industri 4.0.
INDI 4.0 dirumuskan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
Hal tersebut merupakan tindak lanjut implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, yang salah satu tujuannya adalah menciptakan daya saing global.
Doddy Rahardi, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, menyebutkan, sektor industri logam, meski tidak termasuk dalam sektor prioritas seperti industri makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif dan elektronika, tetap harus bertransformasi guna mendukung kesiapan menuju era digital 4.0.
Baca: Perlu Peningkatan Kemampuan Produksi Logam Indonesia Agar Bisa Bersaing di Perdagangan Global
Pasalnya industri ini merupakan mother of industry.
“Industri logam ini adalah mother of Industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan sektor industri lain seperti industri otomotif, maritim, elektronika, dan sebagainya,” ujarnya dilansir Kontan, Jumat (17/7)
Salah satu perusahaan manufaktur logam pertama yang menjalani assessment INDI 4.0 oleh BPPI Kemenperin adalah Tatalogam Group.
Assessment kemudian dilanjutkan dengan pendampingan secara online pada hari Jumat (17/7) hingga Senin (20/7) mendatang.
Doddy menilai, inovasi yang selama ini dilakukan Tatalogam Group ditambah pendampingan dari BPPI, perusahaan ini akan lebih lebih maju lagi.
Vice President Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi mengatakan, secara garis besar implementasi 4.0 sudah mulai dilakukan Tatalogam Group di beberapa lini.
Mulai dari machine to machine, sehingga antara mesin sudah berhubungan.
Implementasi teknologi 4.0 itu konsepnya DNA, harus ada Device, Network, dan Application.
Stephanus menjelaskan, device yang dimaksud berarti mereka memiliki mesin yang sudah lebih pintar.
“Karena dia berputar beberapa kali, dia menghasilkan produk berapa? Dia bisa mengeluarkan output berapa tanpa ada yang mencatatnya terlebih dahulu, langsung terhubung ke ERP,” terangnya.
Lalu setelah memiliki device yang mumpuni, tahap selanjutnya ialah bagaimana mereka menggunakan Network. Mengkoneksikan antara device ke system yang sudah exsisting.
“Tapi peran manusia di situ tetap ada. Yaitu menggunakan application. Untuk memverifikasi apakah mesin itu sudah berjalan dengan benar atau belum. Ada kesalahan di mana? Sebagai operator, namun dengan level yang lebih tinggi karena tidak hanya duduk memindahkan barang tapi juga sudah punya fungsi analisa,” jelasnya lagi.
Artikel Sudah Tayang di Kontan.co.id dengan Judul "Gandeng Kemenperin, Tata Logam implementasikan teknologi 4.0"